SERI KENANGAN ANSARI
DAJJAL
AL
QURAN
DAN
AWAL ZAMAN
Imran
Nazar Hosein
Untuk putra tercintaku
Mujahid
Seiring harapan dan doa bahwasanya
dia akan terinspirasi
untuk meraih bintang-bintang —dan
kemudian melakukan perjalanan—
karena di luar bintang-bintang ada
lebih banyak dunia
فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ
فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَنْ يَخَافُ وَعِيدِ
[QS QAF, 50:45]
Peringatkanlah dengan Al Qur’an ini
Orang yang takut dengan
ancaman-KU
[ Ini adalah penjelasan, bukan
terjemahan dari Al Qur’an. Karena Al Qur’an
berbahasa arab, tidak bisa
diterjemahkan kedalam lain bahasa ]
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
[QS Al-Furqan, 25:52]
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir,
dan berjihadlah
terhadap mereka menggunakan Al Quran
dengan jihad yang
hebat.
بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ ۚ كَذَٰلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ
[QS Yunus, 10:39]
Mereka menolak sebuah kitab suci yang didalamnya ada pengetahuan
yang belum mereka
pahami, dan dengan ayat-ayat yang mana
Ta’wīl atau
interpretasinya belum datang kepada mereka.
Ada orang lain sebelum mereka yang juga
menanggapi
dengan cara yang sama.
Jadi mereka harus mengingat
nasib yang menimpa
orang-orang seperti itu.
Dan akan ada tanda-tanda pada
matahari
pada bulan serta pada bintang-bintang
dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan
bingung
menghadapi deru dan gelora laut
[Injil, Lukas 21:25]
Dan Aku akan memperlihatkan
mukjizat-mukjizat di atas di langit
dan tanda-tanda di bawah di bumi
darah dan api dan gumpalan-gumpalan
asap
[Injil, Kisah Para Rasul 2:19]
Kamu akan mendengar peperangan atau kabar-kabar
tentang peperangan. Siagalah jangan kamu
gelisah
sebab semuanya itu harus terjadi
tetapi itu belum akhir dari segalanya.
[Injil, Matius 24:6]
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Kenangan Ansari
BAB
Pendahuluan oleh Dr. Burhan Ahmad Faruqi -- Seorang filsuf sejarah
Pengetahuan Islam dan
Eskatologi
Garis Besar Buku
Teks Arab dari Al-Qur'an
Untuk Pembaca Kristen dan Yahudi
Pendahuluan Dajjal. Sang Jasad [Tubuh Manusia tanpa Jiwa]
Sebuah Peringatan Lembut
Deskripsi
Dasar
Kompleksitas
Subjek – Dajjal Bermata Satu
Al-Qur'an
dan Penglihatan Internal
Menggabungkan
Profil Lebih Lanjut dari Dajjāl
Profil
Dua Nabi-Raja Besar
Seorang
Penipu di Tahta Sulaiman
Dā'bbatul Ard (Binatang
atau Makhluk bumi)
Daud dan Sulaiman—Profil
menakjubkan
Metodologi Menghubungkan Awal Sejarah dengan Akhir Sejarah
Dimulai dan Berakhir dengan Allah Yang Maha Tinggi
Awal, Akhir, dan Dajjal
Yesus, Yahudi dan Manusia Pilihan
Awal, Akhir, dan Dajjal
Yesus, Yahudi dan Manusia Pilihan
Epistemologi dan Metodologi
1.
Ruh Manusia, Ruh Illahi, Ruhul Qudus
Dan Al Masih yang merupakan Ruh itu
Sendiri
Relevansi Subyek ini
Pengertian Ruh
Bagaimana Bisa Ruh Illahi Dianugerahkan
Kepada Semua Mahluk Jika kita adalah
Mahluk Pilihan Tuhan Maha Agung?
Ruhul Qudus
Al Masih yang merupakan Ruh itu Sendiri
2.
Malaikat Sujud di Hadapan Adam
Di Awal Zaman
Mengapa Bersujud
Apakah Bersujud di hadapan manusia
merupakan sebuah bentuk penyembahan?
3.
Arogansi di Awal Zaman
Khalifah
di Bumi
Respon
Malaikat atas Negara Khalifah di Bumi
Amānah
atau Kepercayaan adalah sebuah
misi
untuk memerintah secara adil
[
Selaras dengan Kebenaran Allah ]
Arogansi
di Awal Sejarah dan Klaim Palsu
Atas
Superioritas Sejak Lahir
Persamaan
antara Akhir dan Awal Sejarah
Peristiwa
Lain di Awal Zaman
Apa Itu
Pohon Terlarang ?
Kesimpulan
Lampiran
1.
Al Qur’an Surah Al Maidah 5:51
Ditafsirkan oleh Hasbullah Syafi'iy
terhadap
Interpretasi Maulana Imran N. Hosein
tentang ayat ini
2.
Ringkasan pandangan tentang Jasad berdasarkan
Penafsiran Klasik Al Qur’an oleh
Hasbullah Syafi'iy
3.
Pidato Rabbi Rabinovich tanggal 12
Januari 1952
Daftar
Isi
Kata Pengantar
Saya terus menanti selama sepuluh tahun, sebelum akhirnya saya dapat
menulis sebuah buku pelopor tentang Dajjal, Al Masih palsu atau Anti-Kristus.
Tapi penantian saya yang panjang rupanya telah menjadi berkah yang tersembunyi,
karena pengetahuan saya tentang subyek ini - terutama sekali pemahaman saya tentang metodologi untuk
mempelajari subyek ini - menjadi matang secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu.
Oleh karena itu, saya menyarankan kepada mereka yang sedang berusaha dalam
menulis mengenai permasalahan ini, untuk memperkenankan sungai pemikiran dan
pemahaman mengalir dengan ritmenya sendiri.
Terima kasih saya ucapkan kepada seorang Ikhwan yang bermukim
di Selandia Baru, karena telah menjadi orang pertama yang membantu mensponsori
penulisan buku baru ini. Dan kepada Ikhwan lainnya dari Pakistan yang telah
berbaik hati menjadi sponsor sehingga memungkinkan saya untuk menulis bagian
penting dari buku ini. Setelah itu para sponsor dari Inggris-lah yang mengambil
alih pendanaan buku ini. Alhamdulillah, buku pertama tentang Dajjal selesai. Saya
juga berterima kasih kepada mereka yang telah bermurah hati membantu dalam membiayai
pencetakan buku ini. Semoga ALLAH yang
Maha Tinggi, memberkati mereka semua, untuk kebaikannya dalam membantu
merealisasikan buku ini, Amin !.
Kemudian saya akan melanjutkan penulisan buku kedua saya tentang Dajjal yang berjudul “ Dari Yesus Al Masih Sejati ke Dajjal Al Masih
Palsu, Sebuah perjalanan dalam Eskatologi Islam “. Saya bermaksud untuk menulis
tiga buah buku tambahan tentang Dajjal, dengan topik “ Dajjal dan Uang “,“ Dajjal
dan Revolusi Feminis Modern “, serta “ Dajjal Al Qur’an dan Akhir Zaman atau
Akhir Sejarah “. Semoga ALLAH yang Maha Pemurah memungkinkan saya untuk
menyelesaikan tugas ini, Insha' ALLAH.
Saya juga menyadari bahwasanya kelima buku ini tidak akan bisa secara tuntas membahas permasalahan mengenai Dajjal, tapi saya berharap dan berdoa semoga kelima buku ini mampu merangsang penulis lainnya - Insha ALLAH - untuk menerima tantangan menulis mengenai permasalahan-permasalahan yang belum sempat dijelaskan. Saya berterima kasih kepada mereka yang telah membaca naskah buku dan memberi masukan dengan memberikan komentar yang berharga serta koreksi pada saat cetakan percobaan. Dan kepada Asisten saya, Hasbullah, yang selalu hadir untuk membantu saya dalam mencari teks-teks dari banyak Hadīts, serta referensi dalam Sīrah, yaitu sejarah kehidupan Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.
Muhammad Abdul Aleem Siddique |
Dr. Muhammad Fazlur Rahman Ansari |
Saya telah mendedikasikan buku ini bagi putra saya, Mujahid
Fazlur Rahman, yang dinamai sesuai nama kakeknya, Maulana Dr. Muhammad Fazlur
Rahman Ansari (rahimahullah). Mujahid adalah juga buyut dari Maulana Muhammad
Abdul Aleem Siddique (rahimahullah). Saya berharap dan berdoa semoga dedikasi saya
ini mungkin bisa mengilhami dia untuk mengikuti jejak mulia mereka dalam
melayani misi islam. Amin!
Imran N. Hosein
Safar 1439 / November 2017
San Fernando di Trinidad, Kepulauan Karibia.
Seri Kenangan Ansari
Seri Buku kenangan Ansari diterbitkan dengan tujuan untuk
mengenang Maulana Dr. Muhammad Fazlur
Rahman Ansari (1914–1974), yang merupakan seorang Syeikh Sufi dari Aliran Sufi
Qadariyah, seorang filsuf, seorang sarjana Islam yang luar biasa dari zaman
modern, seorang misionaris Islam yang mengembara, dan guru serta mentor
spiritual dari perjalanan hidup saya yang penuh berkah. Saya sangat menyayangi dan mengagumi beliau, baik terhadap Pengetahuan Islam maupun pemikiran filosofis
beliau, yang terus meningkat dari hari ke hari bahkan setelah lebih dari 40
tahun kematiannya. Begitu luar biasanya sehingga saya menghargai setiap debu
yang telah dia lewati.
Saya mulai menulis buku-buku Seri Peringatan Ansari pada
tahun 1994 saat saya masih tinggal di New York, dan bertugas sebagai Direktur
Studi Islam untuk Organisasi Komite Bersama Muslim wilayah New York Raya.
Tujuan Saya memulai Seri buku-buku Peringatan
Ansari adalah sebagai bentuk penghargaan terhadap Maulana Dr. Muhammad Fazlur
Rahman Ansari, sekaligus ingin memberikan hadiah kepada guru saya dalam rangka
memperingati 25 tahun kematiannya. Enam buku pertama dari Seri Kenangan Ansari
ini diterbitkan di Mesjid Pusat Muslim New York yang berlokasi di Flushing
Meadows, Queens, New York, pada tahun 1997. Kemudian di tahun-tahun berikutnya banyak
lagi buku ditambahkan ke Seri Kenangan Ansari. Daftar lengkap dari buku Seri Kenangan
Ansari ini dapat anda temukan di bagian akhir buku ini.
Buku berikutnya dalam Seri ini, berjudul “ Dari Yesus, Al Masih
Sejati ke Dajjal, Al Masih Palsu - Sebuah Perjalanan dalam Eskatologi Islam
“ saya yakin akan menjadi yang paling
sulit dan menantang dari semua buku. Topik itu sulit dan menantang karena - antara
lain - dibutuhkan seorang Cendikiawan sebagai narasumber langsung dari dalam “Sarang
lebah” Zionis, dan sebagai konsekuensinya hanya ada sedikit Cendekiawan yang
siap mengambil risiko menulis atau berbicara tentang topik ini. Namun mari kita
ingat bahwa yang mulia Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Salam bersabda :
فقَيِه وَاحِدٌ أَشَدُّ علَىَ الشَّيطَْانِ مِنْ أَلفِْ عاَبدٍِ
“Seseorang yang
terpelajar (cendekiawan) lebih keras
pada Setan daripada
seribu jamaah ”. [Sunan Ibnu Majah]
Oleh karena itu buku-buku dan ceramah ilmiah tentang Dajjal, yang
Fitnahnya (kejahatannya) digambarkan oleh Nabi Muhammad Salallahu Alaihi
Wassalam lebih besar dari Fitnah Setan, dipastikan akan menjadi sarana, dimana
melaluinya para pembaca kami akan mampu untuk mengidentifikasi Ulama Islam
Sejati. Saya berdoa semoga buku pelopor
tentang “ Dajjal, Al Qur’an, dan Awal Zaman atau Awal Sejarah ” persembahan
sederhana dari saya ini, bisa diakui oleh para Cendekiawan Islam. Dan jika memang
demikian, Insha ALLAH, semoga menjadi pendorong bagi para Cendekiawan Islam
terpelajar di jaman modern supaya mereka juga membahas subjek penting ini.
Saya menganggap subyek tentang Dajjal sebagai Ujian Puncak
bagi para cendekiawan islam, hal itu juga menandakan bahwasanya ini sekaligus
sebagai ujian puncak bagi metodologi dalam mempelajari Al Qur’an dan
penafsiran Hadits. Saya yakin hanya Ulama Sufi Asli yang mampu menulis secara
kredibel dalam subyek Dajjal, karena hanya dia yang memiliki metodologi yang
tepat untuk mempelajari Al-Qur'an dan menafsirkan Hadits. Epistemologi Sufi
dalam penglihatan secara spiritual yang dapat digunakan untuk menafsirkan
simbolisme agama, dan juga getaran ikatan spiritual yang nyata dengan Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, dimana semuanya itu sangat diperlukan untuk
menembus subyek, dan inilah mengapa saya
harus mencurahkan seluruh perhatian pada pemikiran religius Maulana Ansari,
Seorang Seikh Sufi Asli. Saya tidak
akan pernah bisa menulis buku saya tentang Dajjal tanpa manfaat dari pemikiran religiusnya.
Metodologi dari para ulama " Modernisme Islam", seperti Salafi, Syiah, Deobandi, Brelvi atau Jamaah
Tablīgh, misalnya, tidak akan membebaskan ulama yang identifikasi utamanya
adalah dengan aliran-aliran itu, untuk bisa menembus subjek Dajjal. Saya
mengundang mereka, secara sopan, untuk membuktikan bahwasanya saya salah.
Saya bertemu Maulana Ansari untuk pertama kalinya pada tahun
1960 di kampung halaman saya - Trinidad di Kepulauan Karibia - ketika saya baru
berusia 18 tahun. Saya telah melakukan beberapa penelitian dalam sains, dan
saya cukup terkejut ketika mengetahui bahwa seorang Maulana (seorang sarjana
agama Islam dari peringkat yang sangat tinggi) akan mengunjungi Trinidad dari
Pakistan dan dia akan
memberikan ceramah di Masjid yang berada di desa saya, desa Montrose dengan
topik berjudul “ Islam dan Sains “.
(Masjid itu selanjutnya dinamakan dengan nama beliau sebagai Masjid al-Ansari.)
Saya menanggapi berita itu dengan skeptis, Karena pada saat berusia muda saya
memiliki pemahaman bahwa tidak mungkin ada hubungan antara Islam dan Sains.
Pada malam ceramah, beliau memukau saya dengan pengetahuan
ilmiah yang dimilikinya, begitu juga dengan pengetahuan islamnya - yang mana
sampai saat ini sama sekali saya
abaikan -. Saya terkejut ketika mengetahui bahwasanya Al Quran telah, berulang
kali saya katakan, muncul sebagai “bentuk Observasi“ dan untuk “Menalar
secara Induksi“, Yang mana hal itu sekarang ini disebut dengan “penelitian Ilmiah “, sebagai sebuah
metode yang harus digunakan oleh siapa pun yang berusaha untuk menembus dan
memahami realitas materi alam semesta. Saya juga terkejut ketika mengetahui
bahwasanya pengetahuan yang bermunculan ke dunia beberapa ratus tahun terakhir
ini - sebagai hasil dari berbagai penemuan ilmu pengetahuan modern - seperti dalam
embriologi, ternyata sudah tercantum di dalam Al-Qur'an.
Saya bahkan lebih terpukau ketika Maulana memberikan ceramah
di Lapangan Woodford di ibu kota Port of Spain. Sebuah ceramah mengenai “ Islam dan Peradaban Barat “ dihadapan
penonton yang telah memenuhi sebuah lapangan yang memiliki kapasitas besar, serta dihadiri
oleh Dr. Eric E. Williams, Perdana Menteri Trinidad dan Tobago lulusan
Universitas Oxford, yang duduk di sebelahnya diatas panggung. Dr. Williams
sendiri telah memberikan “pukulan berat“ terhadap Peradaban Barat melalui tesis
PhD-nya di Universitas Oxford yang berjudul “Kapitalisme dan Perbudakan“. Jelas sekali terlihat bahwasanya sang Perdana
Menteri yang terpelajar tersebut, begitu kagum dengan keilmuan yang dimiliki
Maulana, disaat beliau membedah dasar-dasar kepercayaan pagan yang tidak
bertuhan yang menjadi landasan "Peradaban biadab dan menindas" yang sangat arogan
serta menipu diri sebagai peradaban terbaik yang pernah dimiliki dunia
sepanjang sejarah Umat manusia.
Universitas Al Azhar Mesir |
Pengetahuan Islam Maulana yang dinamis disertai dengan daya
tarik magnetis kepribadian Sufi beliau,
mengubah hidup saya. Beliau menginspirasi saya sedemikian rupa, sehingga
saya juga ingin menjadi seorang Cendekiawan Islam. Pada November 1963, disaat berusia
dua puluh satu tahun, saya menjadi mahasiswa Universitas Al Azhar di Kairo,
Mesir, yang merupakan Institusi Perguruan Tinggi Islam yang paling terkenal di
dunia. Tapi di Al Azhar saya tidak bisa menemukan pengetahuan islam yang
mempesona seperti yang saya lihat dipaparkan oleh Maulana Ansari tiga tahun
sebelumnya. Para Ulama Al Azhar terlihat oleh saya seperti Terjebak dalam waktu
dan tidak bisa dibandingkan dengan maulana
dalam pemahaman ilmiah mereka terhadap realitas zaman modern yang aneh
dan menantang, juga mereka tidak mampu
untuk memberikan respon secara Islami misalnya untuk tantangan yang ditimbulkan
oleh Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Modern, Revolusi Feminis, dan
sebagainya.
Institut Aleemiyah, Karachi Pakistan |
Saya kemudian meninggalkan Mesir dan pergi ke Pakistan pada
bulan Agustus 1964 untuk menjadi murid Maulana di Institusi Studi Islam Aleemiyah
di Karachi, Pakistan - dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya ambil sepanjang
hidup - [Institusi ini masih ada hingga sekarang di Blok B Islamic Center yang
berada di pinggiran Karachi, Nazimabad
utara]. Saya menetap untuk menjadi muridnya sampai saya lulus dari Institusi
tersebut tujuh tahun kemudian pada tahun 1971 saat berusia dua puluh sembilan
tahun dengan Gelar “ Al-Ijāzah Al ’Aliyah,
dan pulang ke Trinidad. Saya tidak pernah bertemu dengannya lagi dalam hidup, karena
beliau meninggal tiga tahun kemudian
pada tahun 1974 di Pakistan dalam usia 60
tahun.
Ada banyak hal tentang Maulana yang benar-benar ingin saya
tulis dan catat untuk sejarah. Akan tetapi sejauh ini yang paling penting dari
semua aspek kehidupannya yang kaya dan beraneka ragam, adalah cara berpikir religiusnya. Dan itulah yang saya lakukan, mencoba memberikan penjelasan singkat
mengenai permasalahan ini melalui sebuah esai pendek. Sangat penting bagi
saya untuk melakukannya, bukan hanya karena keilmuannya yang luar biasa sehingga mampu
memberikan panduan bagi pengetahuan Islam modern untuk melepaskan diri dari
penderitaan menyakitkan dan menyedihkan saat ini. (Anda tidak akan bisa menemukan
seorang ulama Islam terkemuka saat ini yang berani terang-terangan menyatakan bahwasanya
uang kertas dan sistem moneter adalah
sesuatu yang palsu, curang dan haram), tetapi juga dikarenakan pengetahuan
beliau telah memainkan peran penting dalam membimbing dan membantu saya dalam
penulisan bulu pelopor tentang "Dajjal, Al Masih Palsu" yang merupakan buku
terbaru dalam Seri Kenangan Ansari.
Esai pendek tersebut bisa anda temukan di lampiran buku saya
yang berjudul "Metodologi untuk Studi Al-Qur'an".
Keulamaan Islam tidak boleh disalahkan karena telah mengabaikan Ilmu Eskatologi, sebaiknya, akan lebih tepat jika kita memahami bahwasanya, Ilmu eskatologi Islam tidak bisa dikembangkan sebagaimana layaknya Ilmu cabang pengetahuan lainnya sampai peristiwa-peristiwa terjadi secara cukup dalam proses sejarah. Sehingga memungkinkan bagi cendekiawan yang cerdas untuk menembus dan mengenali makna dan implikasi dari beberapa ayat-ayat Al-Qur'an serta beberapa Hadits Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam berkaitan dengan Akhirul Zaman atau Akhir Masa.
Al-Qur'an telah
memberikan “Pengumuman” bahwa dunia belum mengetahui "Ta'wīl atau interpretasi “ dari
beberapa ayatnya mungkin dikarenakan “Penafsiran“ hanya bisa
dilakukan seiring berjalannya waktu dan dengan terjadinya peristiwa-peristiwa
dalam sejarah.
Pendahuluan
Dr. Burhan Ahmad Faruqi - Seorang Filsuf Sejarah
Dr. Burhan Ahmad Faruqi [tengah] |
Tidak ada seorangpun yang bisa menulis buku tentang Dajjal,
Anti-Kristus, dan awal sejarah, tanpa memiliki pengetahuan tentang filsafat
sejarah. Benih buku ini mungkin sudah ditanam
sejak tahun 1930-an, di Universitas Islam Aligarh di India, ketika dua orang
mahasiswa, yang merupakan teman dekat, Muhammad Fazlur Rahman Ansari dan Burhan
Ahmad Faruqi, melanjutkan studi untuk meraih gelar PhD dalam bidang Filsafat di bawah bimbingan
Prof. Dr. Syed Zafar-ul-Hassan.
Dr. Faruqi akhirnya menulis sebuah buku Mahakarya dalam Ilmu Kalam, atau Filosofi Islam yang berjudul “Konsepsi Tauhid Seorang Mujaddid" sedangkan Maulana Dr Ansari menulis sebuah buku Mahakarya dalam Ilmu Akhlak atau Filosofi Moral Islam yang berjudul “Dasar dan Struktur Al Qur’an dalam Masyarakat Muslim“ ( Dalam 2 Jilid ).
Penulis buku ini telah diberkati, Tiga puluh tahun kemudian, pada tahun 1960-an, ketika kedua cendekiawan ini telah mencapai puncak kehidupan ilmiah mereka, keduanya menjadi guru penulis di Institusi Studi Islam Aleemiyah di Pakistan. Dr. Faruqi mengajarkannya ilmu filsafat sejarah sedangkan Dr. Ansari mengajarkannya Al-Qur'an dan, yang jauh lebih penting, metodologi untuk mempelajari Al-Qur'an. Metodologi tersebut dijelaskan Maulana Dr. Ansari dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Quran“, lalu kemudian disederhanakan serta dikembangkan dalam sebuah buku baru oleh penulis buku ini, dalam sebuah buku yang berjudul "Metodologi untuk Studi Al-Qur'an".
Lebih dari lima puluh tahun telah berlalu sejak masa keilmuan yang penuh pesona di Institusi Studi Islam Aleemiyah Pakistan. Semenjak kedua cendikiawan islam - yang benar-benar berbakat ini - mengajari dan menginspirasi hanya segelintir siswa serta membangun dasar bagi penulis buku pelopor tentang Dajjal ini serta yang lainnya sekarang akan mulai mengikuti, Insha ALLAH - telah berpulang.
Bagaimana kita menjelaskan sebuah Institusi Studi Islam Aleemiyah di Pakistan dengan kurikulum studi dan metodologi untuk mempelajari Al-Qur'an yang berbeda secara signifikan dengan Darul ulum tradisional, atau Jami'ah, yaitu, Seminari atau Universitas Islam lainnya? Jawabannya terletak pada respon intelektual sebagian kalangan dari komunitas Muslim India terhadap tantangan peradaban barat modern. Sebagian kalangan dari komunitas Muslim India memandang bahwasanya pendidikan Islam tradisional yang diajarkan di Darul Ulum sangat menyedihkan, sudah tidak memadai untuk siswa, bahkan untuk sekedar memahami bahwasanya dunia modern yang telah terbentuk saat ini merupakan konsekuensi dari kemunculan dramatis peradaban modern barat di panggung dunia. Dr. Muhammad Iqbal, misalnya, sangat sedih melihat kenyataan bahwasanya menurut beliau “Selama lima ratus tahun terakhir pemikiran keagamaan dalam Islam secara praktis telah menjadi Statis” (Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, sebuah Esai berjudul “Pengetahuan dan Pengalaman Keagamaan” ). Iqbal merujuk, tentu saja, kepada para Cendekiawan keagamaan yang berasal dari Darul Ulum.
Dr. Faruqi akhirnya menulis sebuah buku Mahakarya dalam Ilmu Kalam, atau Filosofi Islam yang berjudul “Konsepsi Tauhid Seorang Mujaddid" sedangkan Maulana Dr Ansari menulis sebuah buku Mahakarya dalam Ilmu Akhlak atau Filosofi Moral Islam yang berjudul “Dasar dan Struktur Al Qur’an dalam Masyarakat Muslim“ ( Dalam 2 Jilid ).
Penulis buku ini telah diberkati, Tiga puluh tahun kemudian, pada tahun 1960-an, ketika kedua cendekiawan ini telah mencapai puncak kehidupan ilmiah mereka, keduanya menjadi guru penulis di Institusi Studi Islam Aleemiyah di Pakistan. Dr. Faruqi mengajarkannya ilmu filsafat sejarah sedangkan Dr. Ansari mengajarkannya Al-Qur'an dan, yang jauh lebih penting, metodologi untuk mempelajari Al-Qur'an. Metodologi tersebut dijelaskan Maulana Dr. Ansari dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Quran“, lalu kemudian disederhanakan serta dikembangkan dalam sebuah buku baru oleh penulis buku ini, dalam sebuah buku yang berjudul "Metodologi untuk Studi Al-Qur'an".
Lebih dari lima puluh tahun telah berlalu sejak masa keilmuan yang penuh pesona di Institusi Studi Islam Aleemiyah Pakistan. Semenjak kedua cendikiawan islam - yang benar-benar berbakat ini - mengajari dan menginspirasi hanya segelintir siswa serta membangun dasar bagi penulis buku pelopor tentang Dajjal ini serta yang lainnya sekarang akan mulai mengikuti, Insha ALLAH - telah berpulang.
Bagaimana kita menjelaskan sebuah Institusi Studi Islam Aleemiyah di Pakistan dengan kurikulum studi dan metodologi untuk mempelajari Al-Qur'an yang berbeda secara signifikan dengan Darul ulum tradisional, atau Jami'ah, yaitu, Seminari atau Universitas Islam lainnya? Jawabannya terletak pada respon intelektual sebagian kalangan dari komunitas Muslim India terhadap tantangan peradaban barat modern. Sebagian kalangan dari komunitas Muslim India memandang bahwasanya pendidikan Islam tradisional yang diajarkan di Darul Ulum sangat menyedihkan, sudah tidak memadai untuk siswa, bahkan untuk sekedar memahami bahwasanya dunia modern yang telah terbentuk saat ini merupakan konsekuensi dari kemunculan dramatis peradaban modern barat di panggung dunia. Dr. Muhammad Iqbal, misalnya, sangat sedih melihat kenyataan bahwasanya menurut beliau “Selama lima ratus tahun terakhir pemikiran keagamaan dalam Islam secara praktis telah menjadi Statis” (Rekonstruksi Pemikiran Religius dalam Islam, sebuah Esai berjudul “Pengetahuan dan Pengalaman Keagamaan” ). Iqbal merujuk, tentu saja, kepada para Cendekiawan keagamaan yang berasal dari Darul Ulum.
Kemudian sebagian kalangan dari komunitas Muslim India yang
memandang bahwasanya kapabilitas pendidikan Darul Ulum sudah tidak memadai,
melangkah dengan membangun sebuah Institusi Perguruan Tinggi Islam yang
Independen secara Akademis, yang tidak hanya mengajarkan mengenai agama Islam,
tetapi juga memperkenalkan murid kepada pengetahuan dunia modern yang muncul
dari peradaban barat. Maka benih buku ini ditanam ketika Universitas Islam Aligarh didirikan di sebuah kota kota kecil bernama Aligarh di India. Sebuah Universitas yang menjadi sebuah Institusi akademis independen, karena bebas
dari kontrol pemerintah.
Kami akan menunjukkan kepada anda Insya Allah, bahwasanya
Dajjal lah sosok yang membuat Peradaban Modern Barat dapat terwujud, dan Dajjal pulalah yang terus-menerus
mengubahnya – secara otomatis, akhirnya mengubah seluruh dunia - untuk mewujudkan
sebuah dunia baru yang asing. Karena Dajjāl adalah Ujian tertinggi Allah untuk
umat manusia, melebihi segala ujian yang pernah ada sebelumnya. Dajjāl juga
merupakan ujian tertinggi untuk Darul Ulum, Darul Ulum tidak hanya telah gagal
secara terus menerus selama beberapa ratus tahun terakhir, namun buku tentang Dajjal
ini akan secara meyakinkan memberikan gambaran bahwasanya Darul Ulum terus gagal dalam ujian tersebut, bahkan
sampai hari ini. Sungguh, sebuah buku
tentang Dajjal dan Uang barangkali akan memadai, Insha ALLAH, untuk menghilangkan
keraguan yang tersisa tentang subjek itu.
Bukan hanya Darul Ulum yang gagal dalam menjalani ujian, bahkan para sarjana lulusan universitas
barat dan lulusan Universitas Islam milik pemerintah, serta para Mufti yang
digaji oleh pemerintah, dan Cendekiawan
Islam lainnya, juga telah gagal, kadangkala gagal secara menyedihkan dalam menanggapi
secara memadai dan tepat berbagai tantangan intelektual yang dikemukakan oleh peradaban
modern barat.
Dr. Faruqi yang merupakan lulusan terbaik Universitas Aligarh
adalah seorang pemberontak intelektual yang menentang pemikiran konvensional
saat dia “ menghunus dan
menusukan pedang Ilmiahnya“ dengan tidak memiliki rasa khawatir akan kepekaan
konvensional di kalangan Ilmu Pengetahuan. Dia membangun fondasi filsafat
sejarahnya berlandaskan “Kebenaran abadi“ dimana dengannya sejarah dimulai, dan selalu bersikeras bahwasanya sejarah itu harus berakhir dengan kemenangan “Kebenaran Abadi“. Akan Tetapi di antara awal sejarah yang dimulai dengan “Kebenaran Abadi“, dan
akhir dari sejarah sebagai “Realisasi
kembalinya Kebenaran Abadi itu“, dia mengungkapkan bahwasanya proses sejarah
akan naik turun dalam sebuah pola yang dia gambarkan sebagai “Pergerakan zig-zag
sejarah“.
Kesimpulan yang muncul dari filosofi sejarah tersebut adalah
bahwasanya Dunia Barat Zionis yang arogan, Negara Penipu Dajjal Israel dapat
menenun Spektum penuh dominasi mereka atas dunia, menggunakan kain apa saja
yang mereka pilih, namun tidak akan membuat
perbedaan mengenai hasil akhir sejarah. Kebenaran akan selalu menang atas kepalsuan, kebohongan,
ketidakadilan, penindasan dan aksi-aksi terorisme palsu, yang mana orang Islam yang dituduh teroris selalu
dibunuh, atau melakukan bunuh diri, sehingga mereka bisa dengan mudah
meloloskan diri, berulang kali, dari kemungkinan menjalani persidangan.
Bagaimana pun juga tanpa metodologi menakjubkan Maulana dr
Ansari untuk mempelajari Al Qur’an, tidak
akan mungkin bagi Institusi Studi Islam Aleemiyah untuk bisa menawarkan
pendidikan islam yang lebih tinggi yang
memungkinkan siswanya untuk mengintegrasikan semua pengetahuan menjadi sebuah "Keseluruhan
yang Koheren" sambil kritis menilai
dengan menggunakan Al-Qur'an, semua pengetahuan yang datang dari barat. Tanpa
upaya intelektual yang kritis pada integrasi pengetahuan, para siswa akan
muncul dengan kepribadian ganda saat dia mengangkangi dunia intelektual ganda
tanpa jembatan, yang mana dengan jembatan itu mereka bisa menyeberang di antara keduanya. Mereka akan
mempelajari Islam dengan satu pikiran, dan mempelajari dunia modern dengan
pikiran kedua, yang terputus dari pikiran yang pertama. Cendekiawan seperti itu
akan merasa, terus merasa, canggung di kedua dunia tersebut.
Tidak mungkin bagi filosofi sejarah Dr. Faruqi untuk berpijak
kepada Al-Qur'an tanpa penerapan
Metodologi Maulana Dr. Ansari untuk mempelajari Al-Qur'an. Dan begitulah,
dengan adanya gabungan pemikiran dari dua Cendekiawan luar biasa ini, buku
tentang “ Dajjal, Al-Qur'an dan Permulaan Sejarah “ dapat ditulis.
Buku serius yang ditulis saat ini — di saat sejarah memasuki
masa senja — tentang masalah Dajjal, Al Masih palsu atau Anti-Kristus, dan
dengan kuat berpijak kepada Al-Qur'an, pasti akan menarik perhatian banyak
orang Kristen dan Yahudi, di samping itu, tentu saja, bagi para ulama Islam dan
para kalangan terpelajar umat Islam. Buku
awal mengenai Dajjal ini bagaimanapun
juga - serta buku - buku selanjutnya mengenai Dajjal yang akan segera menyusul - sangat
layak diberikan penilaian sebagai sebuah upaya perintis untuk mempresentasikan sudut
pandang ilmiah Islam tentang hal ini. Dengan demikian mungkin dapat menarik bahkan lebih
banyak perhatian. Untuk alasan ini kami mengundang komentar serius, dan bahkan
tanggapan kritis yang dapat dipublikasikan dalam edisi kedua, Insha ALLAH. Tanggapan
dapat dikirim melalui email ke inhosein@hotmail.com,
atau ke situs web kami www.imranhosein.org tempat dimana di mana tulisan ini
akan ditempatkan agar bisa diunduh gratis dan untuk komentar.
Pengetahuan Islam dan Eskatologi
Keulamaan Islam tidak boleh disalahkan karena telah mengabaikan Ilmu Eskatologi, sebaiknya, akan lebih tepat jika kita memahami bahwasanya, Ilmu eskatologi Islam tidak bisa dikembangkan sebagaimana layaknya Ilmu cabang pengetahuan lainnya sampai peristiwa-peristiwa terjadi secara cukup dalam proses sejarah. Sehingga memungkinkan bagi cendekiawan yang cerdas untuk menembus dan mengenali makna dan implikasi dari beberapa ayat-ayat Al-Qur'an serta beberapa Hadits Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam berkaitan dengan Akhirul Zaman atau Akhir Masa.
..وَلمََّا يأَْتِهمِْ تأَْوِ يلهُ..
"Allah yang Maha Agung, mengungkapkan di atas bahwa ada ayat-ayat Al Qur’an yang penafsirannya belum datang kepada mereka. ." [ QS Yunus, 10:39 ]
"Allah yang Maha Agung, mengungkapkan di atas bahwa ada ayat-ayat Al Qur’an yang penafsirannya belum datang kepada mereka. ." [ QS Yunus, 10:39 ]
Akan sangat membantu bagi pembaca yang budiman jika kita mau memberikan
contoh peristiwa semacam itu yang harus terjadi dulu sebelumnya baru dapat ditafsirkan. Sebuah nubuatan
penting yang terletak di dalam eskatologi Islam, yaitu, Nubuatan yang berkaitan dengan
Akhir Zaman, yang dapat ditafsirkan dan dijelaskan.
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bernubuat lebih dari 1400 tahun yang lalu, dalam sebuah Hadits yang tercatat dalam Sahih Bukhari bahwasanya “ Sungai Efrat akan menyingkap Gunung Emas dan orang-orang akan bertikai untuk emas tersebut, Dia menyatakan bahwa 99 dari setiap 100 yang bertikai untuk emas itu akan terbunuh, tetapi masing-masing mempercayai bahwasanya dialah yang akan menjadi orang yang bertahan hidup. Dia mengakhiri dengan memperingatkan orang-orang beriman supaya mereka tidak boleh menyentuh emas tersebut “.
Ini Haditsnya dalam bahasa Arab :
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bernubuat lebih dari 1400 tahun yang lalu, dalam sebuah Hadits yang tercatat dalam Sahih Bukhari bahwasanya “ Sungai Efrat akan menyingkap Gunung Emas dan orang-orang akan bertikai untuk emas tersebut, Dia menyatakan bahwa 99 dari setiap 100 yang bertikai untuk emas itu akan terbunuh, tetapi masing-masing mempercayai bahwasanya dialah yang akan menjadi orang yang bertahan hidup. Dia mengakhiri dengan memperingatkan orang-orang beriman supaya mereka tidak boleh menyentuh emas tersebut “.
Ini Haditsnya dalam bahasa Arab :
عنْ أَبيِ هرُيَْرةَ،َ أَنَّ رَسُولَ اللَهِّ صلى الله عليه وسلم قاَلَ ”لا تقَُوم السَّاعةَ حَتَىّ يَحسْرِ الفُْراَتُ عَنْ جَبلٍَ مِنْ ذَهبٍَ يقَْتتَلُِ النَاّسُ علَيَهِْ فيَقُْتلَُ مِنْ كلُِّ مِائةٍَ تسِْعةَ وَتسِْعوُنَ وَ يقَُولُ كُلُّ رَجلٍُ مِنْهمُْ لعَلَيِّ أَكُونُ أَناَ الَذِّي أَنْجوُ
Terdapat mereka yang – sebagai konsekuensi dari penggunaan
metodologi studi yang cacat – sedang menunggu kemunculan gunung logam tersebut,
menunggu gunung emas itu muncul suatu hari dari bawah sungai Efrat. Mereka sudah menunggu dengan sia-sia untuk
pemenuhan nubuatan ini selama lebih dari 1400 tahun, dan pandangan kami adalah bahwasanya mereka masih
akan menunggu sia-sia selama 1400 tahun lagi. Bagaimanapun juga, kami telah memahami
hadits tersebut sebagai sebuah Hadits yang Mutashabihah, sebuah alegori, dan
oleh karenanya Hadits ini harus ditafsirkan agar kita bisa menembus maknanya.
Penafsiran kami akan Hadits ini adalah dengan melihat sebuah peristiwa ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger berhasil membuat “Kesepakatan Setan” dengan Raja Arab Saudi, Raja Faisal pada tahun 1974. Sebuah kesepakatan dimana Arab Saudi hanya akan menerima pembayaran atas penjualan minyaknya dengan dollar Amerika. Dollar Amerika pun kemudian menjadi Petrodollar, sehingga lautan minyak di bawah "sungai" mulai berfungsi sebagai gunung emas yang mendukung dolar Amerika. Peristiwa ini merupakan pemenuhan nubuatan Nabi Salallahu Alaihi Salam “yang tak menyenangkan”. Wallahu alam bishawab.
Jika penafsiran kami tentang hadis ini benar, maka sistem moneter saingannya yaitu BRICS, merupakan sebuah serangan terhadap sistem moneter gunung emas Petrodollar yang akan membawa dampak, mau tidak mau, terjadinya Perang Besar yang mana 99% dari prajuritnya akan terbunuh. Hanya perang nuklir, atau perang di mana senjata pemusnah massal digunakanlah, yang dapat menghasilkan persentase korban jiwa secara luar biasa.
Mayoritas Hadits yang berkaitan dengan Dajjal mirip dengan Hadits di atas, oleh karenanya mereka harus ditafsirkan agar dapat dimengerti, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk menafsirkan hadis itu sampai peristiwa-peristiwa tertentu terungkap di dunia keuangan. Yang menjadi awal mulanya adalah, lahirnya Peradaban Modern Barat dengan mengusung sebuah agenda yang mengakibatkan Fasad secara universal di muka bumi (Fasad adalah sebuah bentuk pengrusakan yang membawa dampak pada kehancuran). Al Qur’an telah mengidentifikasi Ya’juz dan Ma’juz sebagai pelaku Fasad universal. Itu dilakukan dengan pertama kali dengan mengidentifikasi Ya’juz dan Ma’juz melakukan Fasad di muka bumi.
Penafsiran kami akan Hadits ini adalah dengan melihat sebuah peristiwa ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Henry Kissinger berhasil membuat “Kesepakatan Setan” dengan Raja Arab Saudi, Raja Faisal pada tahun 1974. Sebuah kesepakatan dimana Arab Saudi hanya akan menerima pembayaran atas penjualan minyaknya dengan dollar Amerika. Dollar Amerika pun kemudian menjadi Petrodollar, sehingga lautan minyak di bawah "sungai" mulai berfungsi sebagai gunung emas yang mendukung dolar Amerika. Peristiwa ini merupakan pemenuhan nubuatan Nabi Salallahu Alaihi Salam “yang tak menyenangkan”. Wallahu alam bishawab.
Jika penafsiran kami tentang hadis ini benar, maka sistem moneter saingannya yaitu BRICS, merupakan sebuah serangan terhadap sistem moneter gunung emas Petrodollar yang akan membawa dampak, mau tidak mau, terjadinya Perang Besar yang mana 99% dari prajuritnya akan terbunuh. Hanya perang nuklir, atau perang di mana senjata pemusnah massal digunakanlah, yang dapat menghasilkan persentase korban jiwa secara luar biasa.
Mayoritas Hadits yang berkaitan dengan Dajjal mirip dengan Hadits di atas, oleh karenanya mereka harus ditafsirkan agar dapat dimengerti, dan tidak mungkin bagi siapa pun untuk menafsirkan hadis itu sampai peristiwa-peristiwa tertentu terungkap di dunia keuangan. Yang menjadi awal mulanya adalah, lahirnya Peradaban Modern Barat dengan mengusung sebuah agenda yang mengakibatkan Fasad secara universal di muka bumi (Fasad adalah sebuah bentuk pengrusakan yang membawa dampak pada kehancuran). Al Qur’an telah mengidentifikasi Ya’juz dan Ma’juz sebagai pelaku Fasad universal. Itu dilakukan dengan pertama kali dengan mengidentifikasi Ya’juz dan Ma’juz melakukan Fasad di muka bumi.
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَ مَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا
" Setelah mereka memecahkan masalah bahasa dalam berkomunikasi, orang-orang itu memberi tahu Dhul-Qarnain bahwa Ya’juz dan Ma’juz telah menimbulkan Fasad - sebuah bentuk pengrusakan yang membawa dampak pada kehancuran – di wilayah mereka. Mereka lalu bertanya apakah mereka bisa membayarnya untuk membangun penghalang yang akan melindungi mereka dari Ya’juz dan Ma’juz ".
" Setelah mereka memecahkan masalah bahasa dalam berkomunikasi, orang-orang itu memberi tahu Dhul-Qarnain bahwa Ya’juz dan Ma’juz telah menimbulkan Fasad - sebuah bentuk pengrusakan yang membawa dampak pada kehancuran – di wilayah mereka. Mereka lalu bertanya apakah mereka bisa membayarnya untuk membangun penghalang yang akan melindungi mereka dari Ya’juz dan Ma’juz ".
Al-Qur'an kemudian mengatakan bahwa Ya’juz dan Ma’juz suatu
hari akan dilepaskan ke dunia, dan bahwa dunia kemudian akan menjadi korban
dari perilaku Fasād mereka yang menjadi fenomena secara universal.
وَحَرَامٌ علَىَ قرَ يْةٍَ أَهْلكَْناَهاَ أَنَّهمُْ لَا يرَْجِعوُن حَتَىّ إذَا فتُحَِتْ يأَْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهمُ مِّن كلُِّ حدََبٍ ينَسِلوُن
" ALLAH yang Maha Agung, mengungkapkan bahwasanya ada larangan Illahi yang dikenakan terhadap penduduk sebuah kota (yang kami identifikasi sebagai Yerusalem) yang telah dihancurkan, dan semenjak saat itu orang-orang yang telah diusir dengan ketetapan Illahi ini, mereka tidak akan bisa kembali untuk mengklaim kota tersebut sebagai milik mereka, sampai saat dimana Ya’juz dan Ma’juz dilepaskan. dan mereka kemudian menyebar keluar ke segala penjuru dan karenanya mengambil alih kendali dunia kedalam tatanan dunia Ya’juz dan Ma’juz ". [QS Al Anbiya, 21:95-96]
" ALLAH yang Maha Agung, mengungkapkan bahwasanya ada larangan Illahi yang dikenakan terhadap penduduk sebuah kota (yang kami identifikasi sebagai Yerusalem) yang telah dihancurkan, dan semenjak saat itu orang-orang yang telah diusir dengan ketetapan Illahi ini, mereka tidak akan bisa kembali untuk mengklaim kota tersebut sebagai milik mereka, sampai saat dimana Ya’juz dan Ma’juz dilepaskan. dan mereka kemudian menyebar keluar ke segala penjuru dan karenanya mengambil alih kendali dunia kedalam tatanan dunia Ya’juz dan Ma’juz ". [QS Al Anbiya, 21:95-96]
Semenjak pihak baratlah yang telah mewujudkan kembalinya orang-orang Yahudi ke Yerusalem untuk mengklaimnya kembali sebagai milik mereka, Sudah jelas dan terang benderang bahwasanya Ya’juz dan Ma’juz merupakan sebuah kelompok yang berada didalam Peradaban Modern Barat. Rusia, kebetulan, bukan merupakan bagian dari pihak Barat yang bejat. Seorang pria tidak dapat menikahi pria lain di Rusia, dan mendapatkan akta nikah. Sebaliknya, pihak Barat yang bejat sekarang bersiap untuk mengobarkan perang nuklir pada Kekristen Ortodoks Rusia yang mereka benci sejak hari kelahiran peradaban modern barat yang misterius.
. .وَأَسَلنْاَ لهَ عيَنَْ القْطِْر . .
" Allah yang Maha Agung menyebabkan danau tembaga cair mengalir atas perintah Daud ". [QS Saba, 34:12]
" Allah yang Maha Agung menyebabkan danau tembaga cair mengalir atas perintah Daud ". [QS Saba, 34:12]
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bernubuat (hanya
sosok seorang Nabi sejatilah yang dapat bernubuat) bahwa suatu hari bumi akan
mengeluarkan hartanya untuk Dajjal :
Dia kemudian akan
berjalan melewati tanah gersang dan berkata kepada tanah itu,” Bawalah harta
Anda” dan harta akan keluar dan mengumpulkan (diri mereka sendiri) dihadapannya
seperti segerombolan lebah. ( Sahih Muslim )
Oleh karena itu, terdapat hubungan langsung antara Dajjal dan
sistem moneter Bretton Woods palsu yang pada akhirnya digantikan oleh Sistem Moneter
Petrodollar di bumi yang membuat bumi mengeluarkan hartanya untuk membantu
Dajjāl melanjutkan, dan bahkan memperluas, kendali atas dunia keuangan.
Untuk informasi dan analisis lebih lanjut mengenai subyek ini, Para pembaca mungkin berkenan untuk melihat beberapa video ceramah saya :
Untuk informasi dan analisis lebih lanjut mengenai subyek ini, Para pembaca mungkin berkenan untuk melihat beberapa video ceramah saya :
· Pembahasan Lanjutan Islam dan Petrodollar
· Pembahasan Lanjutan Petrodollar — Respon Islami terhadap Sistem Moneter Palsu
· Islam, Petrodollar dan Pertemuan Russia dengan Takdir
Garis Besar Buku
Kami memulai, di Bab Satu, penjelasan kami tentang subjek Dajjal,
atau Anti-Kristus. Memulainya secara tepat, dengan memberikan gambaran mengenai
Profilnya. Ini termasuk data tentang dia yang harus dipahami secara harfiah,
serta data lainnya yang harus ditafsirkan. Dalam pengaplikasian yang terakhir
itulah kami dituntun kepada sebuah penemuan mengejutkan dalam Al-Qur'an bahwasanya
Dajjal adalah Jasad, yaitu, sebuah tubuh manusia tanpa jiwa/roh. Ini membawa kami
pada kesimpulan penting yang akan membangkitkan minat pembaca begitu juga
dengan kalangan Zionis Yahudi-Kristen.
Kemudian kami terus melanjutkan sampai kepada sebuah
pemahaman – melalui proses deduksi yang logis – bahwasanya umat Yahudi sedang
menunggu kedatangan Al Masih yang akan mampu menyamai Nabi-Raja David dan Solomon,
yaitu, Nabi Daud dan Nabi Sulaiman Alaihi
Wassalam, dalam hal kekuasaan dan juga dalam hal Kapasitas Mukjizat yang
dianugerahkan secara Illahi. Sulaiman dulu diberkati misalnya, dengan dianugerahi
kemampuan kendali atas cuaca, dan Dajjal karenanya harus menunjukkan bahwa dia memiliki
kapasitas yang sama. Bab Dua dikhususkan untuk menjelaskan metodologi kami dalam
mempelajari subjek ini, di mana kami menunjukkan bahwa ada hubungan antara awal
dan akhir sejarah.
Di Bab Tiga kami memulai pembahasan kami dengan mengangkat tanggapan
para Rabbi di Yathrib terhadap pertanyaan kaum Quraish yang menanyakan
bagaimana cara mereka menentukan benar atau tidaknya Muhammad [Salallahu Alaihi Wassalam], - seorang Arab dari
Makkah - seorang Nabi utusan Tuhan Yang Maha Agung. Sebagai tanggapannya, para
rabbi kemudian mengajukan tiga buah pertanyaan yang menurut mereka, hanya seorang Nabi
yang bisa menjawabnya. Salah satu pertanyaannya adalah tentang Ruh atau Roh. Bab
ini dikhususkan untuk membahas subjek mengenai Ruh dan dalam prosesnya, pembahasan itu membuktikan bahwasanya klaim umat Yahudi sebagai umat pilihan
Tuhan yang Maha Agung, merupakan sebuah klaim yang salah.
Bab Empat dikhususkan untuk pembahasan mengenai peristiwa yang paling penting yang
terjadi di Awal Sejarah yaitu Perintah Illahi kepada Para Malaikat dan sosok
Jin bernama Iblis, untuk bersujud penuh kepasrahan dihadapan Adam Alaihi Salam.
Pembahasan akan peristiwa ini semakin menegaskan kesimpulan kami bahwasanya Klaim
Yahudi sebagai umat pilihan Tuhan itu adalah salah.
Substansi buku ini terletak di Bab Lima, di bab inilah kami
menggambarkan dan menganalisa peristiwa lain yang terjadi di awal sejarah yang
memiliki hubungan langsung dengan misi Dajjal di akhir sejarah, yaitu berusaha
untuk membangun replika Negara Suci Israelnya Nabi Sulaiman Alaihi Salam.
Para pembaca kami harus memperhatikan bahwasanya baik Al
Qur’an maupun Al Hadits tak memberikan julukan Negara Suci kepada Negara yang
didirikan David alias Nabi Daud Alaihi Salam, yang kemudian dilanjutkan oleh
anaknya Nabi Sulaiman Alaihi Salam. Ketika kami menggunakan kata Negara Suci
Israel, yang kami maksud adalah, Sebuah Negara Suci yang mana Solomon alias
Nabi Sulaiman memohon doa kepada ALLAH yang Maha Agung supaya “tidak dapat dimiliki siapa pun setelah
dia". Oleh karena itu buku ini mengingatkan Dajjal dan para pengikut
Zionisnya, bahwa Negara Suci Israel tidak dapat dipulihkan.
Teks Arab dari
Al-Qur'an
Buku mengenai Dajjal dan Awal dari Sejarah ini, didasarkan
pada Al-Qur'an, dan karenanya substansi buku ini terletak dalam ayat-ayat
Al-Qur'an yang telah kami kutip secara luas. Kami harus segera mengingatkan
para pembaca bahwasanya Al-Qur'an tidak diturunkan dalam bahasa Inggris,
Prancis atau Swahili. Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab, dan kami telah
sampai pada kesimpulan, setelah sepanjang hidup kami mempelajarinya, bahwa
Al-Qur'an tidak dapat diterjemahkan kedalam bahasa lain. Tentu saja, yang
paling dapat kita lakukan adalah mencoba untuk menjelaskan Al-Qur'an dengan catatan
bahwasanya penjelasan dari seseorang,
tak akan ada yang bisa menguras maknanya. Pembaca juga harus diberikan
pemahaman, bahwa setiap kali ada upaya dilakukan untuk menerjemahkan teks Arab kedalam
bahasa lain, "Keilmuan serta Kapasitas" pemahaman sang penerjemah mengenai bahasa
arab Arab, selalu mempengaruhi terjemahan.
Karena alasan itulah kami merasa perlu untuk mengutip teks
bahasa Arab dari setiap ayat Al-Qur'an yang dikutip dalam buku ini. Teks yang
telah dipelihara secara Illahi sejak Al
Qur’an diturunkan lebih dari 1400 tahun yang lalu, dan masih utuh sampai
sekarang, di luar jangkauan mereka yang mungkin masih ingin terus berupaya
secara sia-sia untuk menantang klaim akan Keabsahan Mutlak dan Integritas dari
Al Qur’an.
Kapanpun sebuah ayat Al-Qur'an dikutip dalam buku ini, kita
selalu berusaha untuk menjelaskan maknanya dalam bahasa Inggris. Semoga hal ini
tidak mengejutkan pembaca, atau mereka yang akan menerjemahkan buku ini kedalam
bahasa lain, itulah penjelasan
kadang-kadang menyampaikan makna dari sebuah ayat, akan berbeda dengan menterjemahkan.
Akan sangat berfaedah bagi para pembaca, jika kami sekarang
memberikan contoh dari sebuah ayat yang diterjemahkan, di mana penjelasan kita
berbeda secara makna dengan terjemahan dari ayat tersebut. Sungguh menyakitkan
bagi kami, bahwasanya pemahaman yang salah tentang Al-Qur'an yang berasal dari
beberapa terjemahan, telah menyebabkan, dan terus menyebabkan, kerusakan besar
bagi mereka yang menjadi tersesat karenanya. Kami memberikan contoh sebuah ayat
dalam Al Qur’an, yaitu ayat 51 dari Surah al-Māidah di mana Allah yang Maha
Bijaksana telah memerintahkan (dalam bahasa Arab) sebagai berikut :
ياَ أَيُّهاَ الَذِّينَ آمَنوُا لا تتََّخذُِوا اليْهَوُدَ وَالنَصَّارَى أَوْليِاَء بعَْضهُمُْ أَوْليِاَء بعَْضٍ وَمَن يتَوَلََهّمُ مِّنك م فإَِنَهّ مِنْهمُْ إنَّ اللهّ لا يَهْدِي القَْوْمَ الظَّالمِِين
Hampir semua terjemahan dari ayat dalam bahasa Inggris dapat
membawa pembaca Yahudi, Islam, dan Kristen pada pemahaman bahwasanya bahwa
Al-Qur'an telah melarang persahabatan dan persekutuan Muslim dengan orang
Kristen serta Yahudi. Tentu saja itu adalah sebuah pemahaman yang salah, dapat
dipastikan Al Qur'an tidak melarang seorang Muslim untuk menjalin persahabatan dan persekutuan
dengan semua umat Kristen atau semua umat Yahudi, tentu saja, Al Qur’an
melarang menjalin persahabatan dan persekutuan dengan umat Kristen dan umat
Yahudi tertentu.
Pembaca yang budiman mungkin ingin melakukan penilaian
tersendiri terhadap berbagai kesimpulan berbeda yang dapat diperoleh setelah
membaca lima belas terjemahan berbeda dari ayat 51 Surah al-Māidah di atas:
Muhammad Asad : Wahai kamu yang telah mencapai iman!,
Jangan mengambil orang Yahudi dan Kristen menjadi sekutu kamu, mereka hanyalah
menjadi sekutu satu sama lain, dan siapa pun dari kamu menyekutukan dirinya
dengan mereka, menjadi, sesungguhnya, salah satu dari mereka. lihatlah, Tuhan
tidak membimbing orang yang Dzhalim.
Sahīh Internasional : Wahai kamu yang sudah beriman, jangan
mengambil orang Yahudi dan orang Kristen sebagai sekutu. Mereka [faktanya]
adalah sekutu satu sama lain. Dan siapa pun yang menjadi sekutu mereka di antara
kamu — maka sesungguhnya, dia adalah [satu] dari mereka. Sungguh, Allah tidak
menuntun orang yang melakukan kesalahan.
Pickthall : Hai kamu yang beriman! Jangan
mengambil orang Yahudi dan orang Kristen sebagai teman. Mereka adalah teman
satu sama lain. Dia di antara kamu yang mengambilnya untuk teman adalah (satu)
dari mereka. Awas! Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang berbuat
salah.
Yusuf Ali : Hai orang-orang yang beriman!
Janganlah orang Yahudi dan orang-orang Kristen menjadi teman-teman dan
pelindungmu. Mereka hanyalah teman dan
pelindung satu sama lain. Dan dia di antara kamu yang beralih kepada mereka
(untuk persahabatan) adalah salah satu dari mereka. Sesungguhnya Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang tidak adil.
Shakir : Hai kamu yang beriman! Jangan
mengambil orang Yahudi dan orang Kristen menjadi teman. mereka adalah teman
dari satu dengan yang lainnya. dan siapa pun di antara Anda yang membutuhkannya
sebagai teman, maka pasti dia adalah salah satunya; Sesungguhnya Allah tidak
membimbing orang-orang yang tidak adil.
Muhammad Sarwar : Orang-orang beriman, jangan
mempertimbangkan orang Yahudi dan Kristen sebagai teman dekat kamu karena
mereka hanya berteman dengan satu sama lain. Siapa pun yang melakukannya, akan
dianggap sebagai salah satunya. Tuhan tidak membimbing orang-orang yang tidak
adil.
Hilāli dan Muhsin Khan : Hai kamu yang beriman! Jangan mengambil
orang Yahudi dan Kristen sebagai Auliya '(teman, pelindung, pembantu, dll.),
mereka hanyalah Auliya 'untuk satu dengan lainnya. Dan jika ada di antara kamu
menganggapnya sebagai Auliya ', maka pasti dia adalah salah satunya.
Sesungguhnya Allah memandu bukan orang-orang yang merupakan Zālimūn (politeis
dan pelaku kesalahan dan tidak adil).
Allama Nooruddin : Hai kamu yang Beriman! Jangan Ambil orang-orang
Yahudi dan Kristen ini sebagai sekutu. Mereka adalah sekutu satu sama lainnya
(saat melawanmu), dan barang siapa dari di antara kamu mengambil mereka sebagai
sekutu, sungguh kamu salah satu dari mereka. Sesungguhnya, Allah tidak
membimbing orang-orang yang tidak adil dalam mencapai tujuan mereka.
Arberry : Wahai orang beriman, jangan
menganggap orang Yahudi dan Kristen sebagai teman-teman, mereka adalah teman satu sama lain. Siapa pun
dari kamu membuat mereka teman-temannya, kamu adalah salah satunya. Tuhan tidak
menuntun orang-orang yang melakukan kejahatan.
Muhammad Ali : Hai kamu yang beriman, jangan ambil Yahudi
dan Kristen sebagai teman-teman. Mereka adalah teman satu sama lain. Dan siapa
pun di antara kamu yang mengambil mereka sebagai teman, dia sungguh salah
satunya. Tentunya Allah tak menuntun orang-orang yang tidak adil.
Talāl Itāni: Hai kamu yang beriman! Jangan
mengambil orang Yahudi dan orang-orang Kristen sebagai sekutu, beberapa dari
mereka adalah sekutu satu sama lain. Siapa pun dari kalian yang bersekutu
dengan mereka adalah salah satunya. Tuhan tidak menuntun orang-orang yang
berbuat kesalahan.
Rashad Khalīfah : Hai kamu yang beriman, jangan ambil orang
Yahudi dan Kristen tertentu sebagai sekutu, mereka adalah sekutu satu sama
lain. Mereka di antara kalian yang bersekutu, karenanya adalah golongan mereka.
Tuhan tidak membimbing para pelanggar.
Abdal Haq dan Aisha
Bewley : Anda yang
memiliki Iman! jangan menganggap orang Yahudi dan Kristen sebagai teman kamu, mereka
adalah teman satu sama lain. Siapa pun dari kamu yang menganggap mereka sebagai
teman, dia adalah salah satunya. Allah tidak memandu orang yang melakukan
kesalahan.
Sher Ali : Hai orang-orang yang beriman! jangan
mengambil orang Yahudi dan orang Kristen menjadi teman-teman. Mereka adalah teman satu sama
lain. Dan siapa pun di antara Anda yang mengambil mereka dalam berteman,
Sungguh dia adalah salah satunya. Sesungguhnya Allah tidak menuntun orang-orang
yang tidak benar.
Seharusnya sudah bisa
anda baca dengan jelas, semua terjemahan terkenal Al-Qur'an dalam bahasa
Inggris ini, menerjemahkan ayat tersebut dengan arah yang sama. Yaitu, melarang
Muslim mengambil Kristen dan Yahudi sebagai teman dan sekutu mereka. Tak satu
pun dari para penerjemah – penerjemah ini - selain dari Rashad Khalīfa -,
tampaknya telah menyadari bahwasanya dengan penerjemahan
ayat tersebut seperti itu, telah
menempatkan ayat itu dalam konflik dengan ayat Al-Qur'an yang lain, yang mengakui bahwasanya
orang Kristen tertentu sebagai orang-orang yang akan paling dekat dalam cinta
dan kasih sayang untuk Muslim (QS Al-Māidah, 5:82) dan dengan ayat lain yang
memungkinkan pernikahan seorang Muslim dengan wanita Kristen maupun Yahudi, dan yang juga
memungkinkan Muslim untuk makan makanan yang telah dibuat Halal atau diizinkan,
untuk orang Kristen dan Yahudi (QS Al-Māidah, 5: 5). Karena Al-Qur'an itu
sendirilah yang telah menyatakan bahwa, Al Qur'an terbebas dari semua Inkonsistensi atau
Kontradiksi.
أَفلَا يتَدَََبرّوُنَ القُْرآْنَ وَلوَْ كَانَ مِنْ عِندِ غيَْرِ اللهِّ لوَجَدَُوا فيِهِ اخْتلِافَاً كَثيِراً
" ALLAH Yang Maha Agung mempersilahkan pengujian terhadap keabsahan Al Qur’an sebagai wahyu Ilahi. DIA dengan gagah menyatakan bahwa jika Al-Qur'an telah datang selain dari Allah, maka mereka pasti akan menemukan banyak kontradiksi ! ".[QS An Nisa, 4:82]
" ALLAH Yang Maha Agung mempersilahkan pengujian terhadap keabsahan Al Qur’an sebagai wahyu Ilahi. DIA dengan gagah menyatakan bahwa jika Al-Qur'an telah datang selain dari Allah, maka mereka pasti akan menemukan banyak kontradiksi ! ".[QS An Nisa, 4:82]
Oleh karena itu, tidak ada satupun ayat dalam Al-Qur'an yang
kontradiktif antara ayat yang satu dengan ayat yang lainnya.
Akan muncul kontradiksi yang nyata, JIKA secara bersamaan Al-Qur'an
telah menyatakan bahwasanya orang Kristen tertentu akan menjadi yang terdekat dalam
cinta dan kasih sayang bagi umat Islam, akan tetapi di ayat lain menyatakan juga bahwasanya Muslim
dilarang menjadi teman dan sekutu dari semua orang Kristen dan semua orang
Yahudi.
Masih ada masalah lain dengan beberapa terjemahan –
terjemahan dari ayat Al-Qur'an - ini sejak para penerjemah membuat Al-Qur'an
menyatakan sesuatu yang secara faktual salah!. Menurut terjemahan Asad : Al-Qur'an menyatakan tentang orang Kristen dan Yahudi bahwa mereka adalah
sekutu satu sama lain. Sahīh
Internasional : Mereka adalah sekutu
satu sama lain. Pickthall : Mereka adalah teman satu sama lain. Abdullah
Yusuf Ali : Mereka hanyalah teman dan
pelindung satu sama lain. Shākir
: Mereka teman satu sama lain. Sarwar : Karena mereka hanya berteman satu sama lain. Mohsin Khan: Mereka hanyalah
Auliya 'satu sama lain. Noorddin : Mereka sekutu satu dengan yang lain (saat melawanmu). Arberry : Mereka adalah teman satu sama lain. Muhammad Ali : Mereka adalah
teman satu sama lain, dan lain - lain.
Al-Qur'an diturunkan lebih dari enam ratus tahun setelah
orang Yahudi dengan sombongnya menyatakan diri bahwa mereka telah menyalibkan
Yesus. Jadi dengan demikian, Al-Qur'an muncul dalam sebuah kondisi dunia, di
mana, selama hampir enam ratus tahun, orang Kristen dan orang Yahudi saling
membenci. Kebencian Orang Kristen terhadap orang Yahudi itu berlanjut selama
lebih dari seribu tahun sesudah wahyu Al-Qur'an diturunkan. Oleh karena itu
jelas salah bagi siapa pun jika
menyatakan - pada saat, dan ketika Al-Qur'an diturunkan maupun selama lebih
dari seribu tahun sesudahnya - bahwa orang Kristen dan orang Yahudi adalah sahabat
dan sekutu satu sama lainnya. Faktanya, fenomena Persahabatan dan Aliansi Kristen-Yahudi
terlihat jelas muncul sebagai sejarah kontemporer, hanya setelah lahirnya
Gerakan Zionis pada tahun 1897.
Pemahaman yang tepat dari ayat Al-Qur'an ini adalah Bahwasanya ayat ini Mengantisipasi Rekonsiliasi dan Aliansi kalangan tertentu Yahudi-Kristen, Sebagai upaya yang akan membuka jalan bagi kalangan tertentu dari umat Kristen, dan kalangan tertentu dari umat Yahudi, untuk "Rekonsiliasi dan kemudian membangun Persahabatan dan Aliansi" . Kapanpun Aliansi tersebut sedang dibentuk atau telah berdiri, Muslim dilarang menjadi teman dan sekutu bagi orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi seperti itu. Aliansi itu sekarang telah muncul di dunia dalam bentuk Aliansi Zionis Yahudi-Kristen yang telah mewujudkan berdirinya Negara Israel, dan yang terus bekerja untuk memastikan bahwa Israel suatu hari nanti akan memerintah seluruh dunia dengan Pax Judaica. (Lihat dua buku saya yang berjudul Yerusalem dalam Al-Qur'an, dan Menjelaskan Agenda Imperial Misterius Israel.)
Pemahaman yang tepat dari ayat Al-Qur'an ini adalah Bahwasanya ayat ini Mengantisipasi Rekonsiliasi dan Aliansi kalangan tertentu Yahudi-Kristen, Sebagai upaya yang akan membuka jalan bagi kalangan tertentu dari umat Kristen, dan kalangan tertentu dari umat Yahudi, untuk "Rekonsiliasi dan kemudian membangun Persahabatan dan Aliansi" . Kapanpun Aliansi tersebut sedang dibentuk atau telah berdiri, Muslim dilarang menjadi teman dan sekutu bagi orang-orang Kristen dan orang-orang Yahudi seperti itu. Aliansi itu sekarang telah muncul di dunia dalam bentuk Aliansi Zionis Yahudi-Kristen yang telah mewujudkan berdirinya Negara Israel, dan yang terus bekerja untuk memastikan bahwa Israel suatu hari nanti akan memerintah seluruh dunia dengan Pax Judaica. (Lihat dua buku saya yang berjudul Yerusalem dalam Al-Qur'an, dan Menjelaskan Agenda Imperial Misterius Israel.)
Mereka yang berusaha menerjemahkan ayat ini (QS Al-Maidah, 5:51), membuat kesalahan dengan memecahnya menjadi beberapa bagian atau kalimat, dan
kemudian menerjemahkan setiap bagian atau kalimat secara terpisah. Dengan menggunakan
cara ini, mereka tiba pada kalimat
pertama yang kemudian diterjemahkan sebagai Melarang persahabatan dan
persekutuan dengan orang Yahudi dan Kristen. Mereka kemudian melanjutkan ke bagian
kedua atau kalimat kedua yang mereka
pahami secara terpisah, atau berdiri sendiri, dari kalimat sebelumnya. Dengan
demikian mereka telah menyatakan bahwasanya Al-Qur'an mengatakan - dengan cara
yang salah - bahwa orang Yahudi dan
Kristen teman dan sekutu satu sama lain. Jika mereka melakukan pengkajian ayat ini secara keseluruhan sebagai satu kesatuan,
mereka akan mengerti bahwa bagian atau kalimat kedua dalam ayat tersebut,
bukanlah bagian kedua atau kalimat sama sekali.
Alih-alih, itu adalah sebuah Frasa yang melengkapi apa yang
mendahuluinya. Oleh karena itu apa yang sebenarnya Al-Qur'an katakan - dan yang
lepas dari pemahaman mereka yang menerjemahkan ayat ini - adalah sebuah larangan
bagi Muslim menjalin Persahabatan serta Persekutuan dengan orang Yahudi dan orang Kristen, yang berteman serta bersekutu
satu sama lainnya, dan itu maknanya Al Qur’an melarang muslim menjalin persahabatan
dan persekutuan dengan Aliansi Judeo-Kristen.
Inilah penafsiran
saya tentang ayat ini, yang menyingkirkan semua kemungkinan adanya Inkonsistensi atau Kontradiksi dengan ayat-ayat Al-Qur'an lain, dan yang tidak memberikan atribut kepalsuan
manifestasi terhadap Al-Qur'an :
ياَ أَيُّهاَ الَذِّينَ آمَنوُا لا تتََّخذُِوا اليْهَوُدَ وَالنَصَّارَى أَوْليِاَء بعَْضهُمُْ أَوْليِاَء بعَْضٍ وَمَن يتَوَلََهّمُ مِّنك م فإَِنَهّ مِنْهمُْ إنَّ اللهّ لا يَهْدِي القَْوْمَ الظَّالمِِين
ALLAH yang Maha Agung menyeru dan memerintahkan orang-orang yang mengimani Al Qur’an sebagai Firman ALLAH untuk tidak mengambil orang-orang Yahudi “tertentu” dan Kristen “tertentu” sebagai sahabat dan sekutu, yang mana diantara mereka bersekutu satu dengan yang lainnya. Ayat ini kemudian melanjutkan dengan menyatakan bahwa siapa pun diantara umat Islam yang mengambil Kristen “tertentu” dan Yahudi “tertentu” sebagai teman dan sekutu mereka, akan diakui milik mereka, atau akhirnya akan menjadi kalangan mereka, daripada sebagai kalangan Muslim . Ayat ini diakhiri dengan pernyataan bahwa ALLAH pasti atau tentu saja tidak membimbing orang-orang yang jahat.
ALLAH yang Maha Agung menyeru dan memerintahkan orang-orang yang mengimani Al Qur’an sebagai Firman ALLAH untuk tidak mengambil orang-orang Yahudi “tertentu” dan Kristen “tertentu” sebagai sahabat dan sekutu, yang mana diantara mereka bersekutu satu dengan yang lainnya. Ayat ini kemudian melanjutkan dengan menyatakan bahwa siapa pun diantara umat Islam yang mengambil Kristen “tertentu” dan Yahudi “tertentu” sebagai teman dan sekutu mereka, akan diakui milik mereka, atau akhirnya akan menjadi kalangan mereka, daripada sebagai kalangan Muslim . Ayat ini diakhiri dengan pernyataan bahwa ALLAH pasti atau tentu saja tidak membimbing orang-orang yang jahat.
Saya mengajak para pembaca untuk mengkaji sebuah analisa ilmiah penting dari ayat Al-Qur'an ini, yang
ditulis oleh kaum muda dan brilian - seorang cendikiawan dari Singapura - Hasbullah
Syafi'i, yang telah kita masukan dalam buku ini sebagai Lampiran 1.
Kami telah membagikan uraian di atas dengan para pembaca kami,
untuk mengingatkan mereka tentang bahaya yang bisa ditimbulkan oleh sebuah
terjemahan dari Al-Qur'an kedalam bahasa lain, dan karenanya kebutuhan mutlak
untuk mengutip dan mempelajari teks Arab yang sebenarnya dari Al-Qur'an, kapan
pun kita merujuk kepada Al Qur’an untuk
mendapatkan informasi atau bimbingan.
BAGI PEMBACA KRISTEN DAN YAHUDI
Meskipun kami berharap buku ini akan dibaca oleh banyak
Muslim, buku ini juga ditulis untuk memberikan faedah kepada mereka yang telah
diberikan Taurat melalui Moses atau Nabi Musa Alaihi Salam dan Injil melalui Yesus atau Nabi Isa Alaihi Salam, mereka adalah pihak yang
hari ini menyebut diri
mereka sebagai orang Kristen dan orang Yahudi. Mereka akan menemukan dalam buku
ini pandangan dari Al-Qur'an mengenai awal sejarah, yang terkadang berbeda
dengan pandangan Kristen dan Yahudi tentang hal itu. Bagaimana seharusnya seorang
Kristen atau seorang Yahudi bersikap ketika dihadapkan dengan pandangan yang
saling bertentangan muncul dari sebuah wahyu dalam kitab suci ? Al-Qur'an
sendiri yang menjawab pertanyaan itu ketika menyatakan bahwa Kebenaran yang
diturunkan dalam Al-Qur'an didukung oleh bukti-bukti rasional (Bayyinat min
al-Huda). Oleh karena itu dengan
kecakapan rasional lah – yang mana datanya diperoleh secara Internal dan
Eksternal – penilaian itu harus dibuat.
Al-Qur'an menyajikan mandat yang bagus, sehingga dengannya
Keabsahan Al Qur’an sebagai sebuah kitab suci yang diturunkan secara illahi
dapat dinilai. Al Qur’an menyajikan teks
yang benar-benar asli dan tidak rusak. Kami telah menunjukkan dalam buku yang berjudul
Metodologi untuk Studi Al-Qur'an, bahwasanya mandat Al-Qur'an harus diakui
sebagai benar-benar otentik.
Kami mengajak para pembaca Kristen dan Yahudi kami, untuk memeriksa mandat -mandat tersebut. Buku ini pasti akan menguji kesabaran pembaca berbahasa Inggris yang tidak terbiasa dengan bahasa Arab, karena kami bersikeras menggunakan istilah Arab, yang sangat penting artinya dalam mempresentasikan pandangan Al-Qur'an.
Namun kami selalu bersegera untuk menyediakan bahasa Inggris yang setara bagi setiap istilah bahasa Arab yang digunakan. Ketika pembaca menjadi akrab dengan kata-kata arab, buku ini diharapkan akan menjadi lebih mudah dibaca dan dipahami.
Kami mengajak para pembaca Kristen dan Yahudi kami, untuk memeriksa mandat -mandat tersebut. Buku ini pasti akan menguji kesabaran pembaca berbahasa Inggris yang tidak terbiasa dengan bahasa Arab, karena kami bersikeras menggunakan istilah Arab, yang sangat penting artinya dalam mempresentasikan pandangan Al-Qur'an.
Namun kami selalu bersegera untuk menyediakan bahasa Inggris yang setara bagi setiap istilah bahasa Arab yang digunakan. Ketika pembaca menjadi akrab dengan kata-kata arab, buku ini diharapkan akan menjadi lebih mudah dibaca dan dipahami.
وَنزََّلنْاَ علَيَكَْ الكْتِاَبَ تبِيْاَناً لكُِّلِّ شيَْءٍ وَهدًُى وَرَحْمةَ وَبشُرْىَ للِْمسُْلمِيِن
“Al-Qur'an diturunkan
sebagai wahyu Ilahi yang akan menjelaskan semua hal, akan memberikan bimbingan,
dan sebagai rahmat serta kabar gembira kepada semua yang taat kepada Allah Yang
Maha Tinggi. “ [QS An Nahl 16:89]
وَأَنْ أَتلْوُ القُْرآْنَ فمَنَِ اهْتدََى فإَِنَمّاَ يَهْتدَِي لنِفَْسِهِ وَمَن ضَ لَّ فقَُلْ إنَمّاَ أَناَ مِنَ المْنُذِرِينَ
“ALLAH Yang Maha Tinggi telah memerintahkan agar Al-Qur'an disampaikan
kepada manusia. Siapa pun yang memilih untuk mengikuti jalan yang benar, maka
ia memilih demi kebaikannya sendiri. Peringatan harus diberikan kepada mereka
yang memilih tersesat, Katakanlah : “ Saya hanya seorang pemberi peringatan “.
[QS An Naml, 27:92]
Memperkenalkan DAJJAL Sang Jasad
( Tubuh Manusia tanpa
Jiwa )
Mohon diperhatikan
dengan baik.
Subyek Dajjal mungkin merupakan sebuah subyek paling sulit
yang pernah ditemui oleh seorang siswa ataupun cendekiawan. Oleh karena itu,
kami memperingatkan dengan penuh
kesopanan kepada para pembaca agar selalu hati-hati dan bersabar setiap kali
mengalami kesulitan dalam memahami bagian manapun dari subyek ini. Jangan
tergesa-gesa dengan melakukan penilaian prematur yang berlandaskan keraguan.
Ketika pengetahuan tentang subyek berkembang,
maka akan menjadi lebih mudah untuk menghubungkan banyak bagian dari subyek dan pada akhirnya memahami subyek sebagai suatu
keseluruhan yang harmonis. Pada saat itu - dan bukan sebelumnya - banyak keraguan
akan menjadi jelas Insha' ALLAH, jika ALLAH menghendaki.
Deskripsi Dasar.
Umat Kristen mengenalnya sebagai Anti-kristus, tetapi Nabi Muhammad Salallahu
Alaihi Wassalam
merujuknya sebagai Al Masih Ad-Dajjal, yaitu, Dajjal sang Al Masih. Penting bagi
para pembaca kita untuk memahami bahwa Nabi tidak memberikan kepada
Anti-Kristus, nama “Dajjal”, karena Dajjal bukanlah sebuah nama! Sebaliknya itu
hanyalah sebuah istilah deskriptif yang menggambarkan dia sebagai "Pembohong",
atau sebagai orang yang "Menipu". Karena itu setiap kali dia disebut dalam buku
ini sebagai Dajjal, pembaca disarankan untuk mengingat bahwa ia harus sebagai
mana mestinya disebut sebagai Dajjal .
Karena Al-Qur'an telah mengidentifikasi Nabi Isa, atau Yesus
- putra dari Maryam yang Perawan - Alaihi Salam, sebagai Al Masih, maka implikasi
dari deskripsi “Al-Masih Ad-Dajjal“ yang digunakan oleh Nabi Salallahu Alaihi
Wassalam itu adalah bahwasanya Dajjal merupakan sosok yang berusaha meniru Al
Masih dengan mengklaim dirinya – Klaim penuh kepalsuan – sebagai Al Masih.
Karena alasan itulah maka dalam buku ini ia disebut sebagai Dajjal Al Masih Palsu.
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bernubuat bahwasanya
Nabi Isa atau Yesus Alaihi Salam - Al Masih yang sejati - suatu hari akan kembali ke dunia ini,
dan peristiwa mu’jizat kembalinya Nabi Isa atau Yesus Alaihi
Salam itulah yang akan menjadi pertanda utama Akhir
Zaman. Penulis buku ini bermaksud untuk menunjukkan dalam bukunya yang kedua mengenai
Dajjal berjudul “Dari Yesus Al Masih
Sejati ke Dajjal Al Masih Palsu - Sebuah
Perjalanan dalam Eskatologi Islam “', bahwa Al-Qur'an mendukung nubuatan Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam mengenai Mukjizat kembalinya Al Masih ini. Tetapi Nabi Salallahu
Alaihi Wasalam melanjutkan dalam nubuatnya, bahwa Dajjal, Al Masih palsu, akan
muncul berwujud manusia di dunia, sesaat sebelum kembalinya Al Masih sejati, dan akan berusaha
untuk meyakinkan - khususnya orang Yahudi - bahwa dia memang benar Al Masih.
Karena Dajjal, atau Anti-Kristus, adalah makhluk yang berasal dari golongan
setan dan diciptakan oleh ALLAH yang Maha Tinggi (lihat Al-Qur'an, Surah
al-Falaq, 113: 2), dengan demikian ia
telah diprogram oleh ALLAH yang Maha Agung untuk memenuhi misi peniruan yang
jahat ini, sehingga seseorang bisa menebak bahwa dia akan melakukannya dengan
ketepatan yang sangat menakjubkan.
Berdasarkan fakta inilah - yang senantiasa berada dalam
pemikiran -, kami sekarang bisa melanjutkan sebuah usaha untuk menyampaikan
kepada para pembaca sebuah profil mengenai Dajjal Al Masih Palsu, sosok mahluk
yang luar biasa ini. Sosok yang menurut penafsiran kami telah dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai sebuah
JASAD – tubuh manusia tanpa jiwa -. Dia ditempatkan oleh ALLAH Yang Maha Tinggi
untuk duduk diatas singgasana Sulaiman Alaihi Salam sehingga - seperti yang Sulaiman Alaihi Salam takutkan
- dia akan berusaha untuk memerintah atas Negara Israel Suci. Subjek ini akan
dijelaskan belakangan di bab ini.
Al Qur’an menegaskan bahwasanya Al Masih, Yesus putra bunda
Maria adalah seorang manusia biasa yang mana keduanya – beliau dan ibunya –
mengkonsumsi makanan (ALLAH yang Maha Agung, bagaimana pun juga tidak
mengkonsumsi makanan, bahkan terbebas dari segala kebutuhan tersebut).
مَّا المَْسِيحُ ابنُْ مرَْيَم إلاَ رَسُولٌ قدَْ خلَتَْ مِن قبَلْهِِ الرُسُّلُ وَأُمُّه صِدِّيقَة كَاناَ يأَْكلُانَِ الطَّعاَمَ انظُر كَيفَْ نبُيَنُِّ لهَمُُ الآياَتِ ثُمَ انظُر أَنَىّ يؤُْفكَُو
“ Kristus, putra Maryam, hanyalah seorang utusan ALLAH yang Maha Tinggi, oleh karenanya dia bukan Tuhan — bukan pula dia anak Tuhan !. Semua para pendahulunya yang juga merupakan utusan Tuhan, telah meninggal. Ibunya adalah sosok yang tidak pernah menyimpang dari kebenaran; dan mereka berdua mengkonsumsi makanan seperti manusia lainnya; Lihatlah betapa jelasnya pernyataan klarifikasi ALLAH ini bagi mereka: dan kemudian lihatlah betapa sesatnya perbuatan mereka ! ” [QS Al Maidah, 5:75]
“ Kristus, putra Maryam, hanyalah seorang utusan ALLAH yang Maha Tinggi, oleh karenanya dia bukan Tuhan — bukan pula dia anak Tuhan !. Semua para pendahulunya yang juga merupakan utusan Tuhan, telah meninggal. Ibunya adalah sosok yang tidak pernah menyimpang dari kebenaran; dan mereka berdua mengkonsumsi makanan seperti manusia lainnya; Lihatlah betapa jelasnya pernyataan klarifikasi ALLAH ini bagi mereka: dan kemudian lihatlah betapa sesatnya perbuatan mereka ! ” [QS Al Maidah, 5:75]
Jelaslah sudah, bahwasanya umat Yahudi sedang menantikan
sosok Al Masih yang merupakan seorang manusia.
Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam memberikan deskripsi tentang Anti-Kristus
atau Dajjal, sebagai berikut : “ Dia akan berasal dari umat Yahudi, berbadan
tegap, dan dengan ikal di rambutnya. . . ”(Sahih Muslim). Yahudi Orthodoks –
nampaknya tidak ada lagi pihak selain mereka – memiliki kal-ikal ini dalam
bentuk cambang (Payot), karena Alkitab telah mengeluarkan larangan untuk mencukur rambut di "sudut-sudut"
kepala seseorang :
“ Janganlah memotong rambut di sisi
kepala Anda “. (Imamat, 19:27)
Meskipun dia adalah Jasad – Tubuh manusia tanpa jiwa – harus
sudah jelas bagi para pembaca kita, bahwasanya Anti-Kristus atau Dajjal mesti muncul
sebagai seorang manusia, dan sebagai seorang Yahudi, karena misinya adalah
untuk meyakinkan umat Yahudi bahwa sesungguhnya dia adalah Al Masih, sosok yang
sedang mereka tunggu.
Kecuali dia seorang Yahudi, mereka tidak akan menerimanya
sebagai Al Masih. Makanya Nabi Muhammad Salallahu
Alaihi Wassalam menggambarkan Dajjal seperti itu, yaitu, sebagai makhluk yang
akan muncul sebagai “seorang manusia”, dan seorang “Yahudi". Jadi Islam
memiliki sebuah sudut pandang dimana, Deskripsi dari Dajjal haruslah dipahami secara harfiah. Sudut Pandang
dari Islam ini berbeda secara dramatis dengan sudut pandang terkenal dan
kadang-kadang sembrono yang mengidentifikasi Anti-Kristus, misalnya, sebagai
Paus Katolik Roma Kristen di Roma, atau sebagai mantan Presiden AS Barak Obama,
atau sebagai sebuah sistem daripada sebagai sosok orang, dll.
Umat Kristen menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi Anti-Kristus atau Dajjāl sebagai sosok manusia, dan sebagai orang Yahudi, karena beberapa rujukan kitab suci yang mereka miliki menyimpang dari satu fakta paling penting yang muncul dari dalam eskatologi Islam, yaitu, bahwa ia adalah seseorang yang akan berusaha untuk meniru Al Masih sejati. Pertimbangkanlah yang berikut ini :
Umat Kristen menghadapi kesulitan dalam mengidentifikasi Anti-Kristus atau Dajjāl sebagai sosok manusia, dan sebagai orang Yahudi, karena beberapa rujukan kitab suci yang mereka miliki menyimpang dari satu fakta paling penting yang muncul dari dalam eskatologi Islam, yaitu, bahwa ia adalah seseorang yang akan berusaha untuk meniru Al Masih sejati. Pertimbangkanlah yang berikut ini :
“ Sebab banyak penyesat telah
muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus
telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan Anti-Kristus “. [ 2
John 1:7 ]
“ Siapakah sang pendusta itu?
Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah
Anti-Kristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak “.[ 1 John
2:22 ]
“ Demikianlah kita mengenal Roh
Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai
manusia, berasal dari Allah, dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak
berasal dari Allah. Roh itu adalah roh Anti-Kristus dan tentang dia telah kamu
dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah berada di alam dunia “. [ 1 John
2:22 ].
Terlepas dari hal diatas, penulis
buku ini mengajak para pembaca yang budiman untuk mempertimbangkan dengan
serius argumen dan bukti yang sekarang disajikan dalam buku ini agar bisa memahami
dan mengenali Anti-Kristus sebagai sosok yang diciptakan oleh Tuhan yang
Maha Agung, dan diutus ke dunia dengan sebuah misi jahat untuk meniru Yesus, Al Masih
Sejati. Sebagai seseorang yang akan berasal dari umat Yahudi, kemudian dia akan
mengklaim dirinya sebagai Al Masih - sebagai seseorang yang oleh karenanya
harus dianggap, seharusnya dianggap - sebagai Al Masih Palsu!
Kompleksitas Subyek — Dajjāl adalah Bermata Satu
Meskipun memang benar bahwasanya Nabi Muhammad Salallahu
Alaihi Wassalam telah
menyatakan akan ada banyak Dajjal yang bermunculan di dunia sebagai pendusta
(katanya mereka akan berjumlah hampir tiga puluh orang) sebelum munculnya
Al-Masih Ad-Dajjal itu sendiri ( Referensi. Sunan Tirmidzi, Sahih Muslim, dll.).,
Namun juga merupakan sebuah kebenaran, ketika beliau memberikan sebuah nubuatan mengenai Deskripsi dasar dari
Al-Masih Ad-Dajjal, sebagai seorang pemuda yang akan berbadan tegap dan akan
memiliki ikal rambut sebagaimana yang disyaratkan oleh hukum Taurat, dll. Buku
ini telah menyatakan bahwa uraian di atas harus dipahami secara harfiah.
Kompleksitas subjek ini menjadi jelas ketika kita sekarang melanjutkan untuk
memperlihatkan bahwa bagian lebih lanjut dari deskripsi Anti-Kristus atau Dajjal,
yang diberikan oleh Nabi, tidak dapat dipahami secara harfiah tetapi, lebih
tepatnya, harus ditafsirkan agar bisa dipahami. Sungguh, para pembaca Kristen
atau Yahudi akan segera menunjukkan pemahaman ketika diberitahu bahwa sejumlah
besar informasi dalam agama Islam mengenai Anti-Kristus atau Al Masih Palsu,
disajikan dalam bahasa yang Alegoris dan Simbolis. Memang ini benar untuk Hadis
terpenting dari semua Hadits tentang Dajjal. Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam berkata:
عَنْ عَبدِْ اللَهِّ بنِْ عمُرَ . . . . قاَمَ رَسُولُ اللَهِّ صَلَىّ اللَهّ علَيَهِْ وَسَلَمَّ فيِ النَاّسِ فأََثنْىَ علَىَ اللَهِّ بمِاَ هوُ أَهْلهُ ثُمَ ذكَرَ الدَّجَّالَ فقََالَ إنيِّ أُنذِْركُمُوُه وَمَا مِنْ نبَِيٍّ إلَّا وَقدَْ أَنذَْرَه قوَْمَه لقََدْ أَنذَْرَه نوُحٌ قوَْمَه وَلَكِنِيّ سَأَقوُلُ لَكمُْ فيِهِ قوَْلًا لمَْ يقَُلهْ نبَِيٌّ لقَِوْمِهِ تعَْلمَوُنَ أَنَهّ أَعْورَ وَأَنَّ اللَهّ ليَسَْ بأَِعْورَ
" Abdullah bin Umar berkata : … Rasulullah kemudian berdiri di depan orang-orang, memuji ALLAH dengan kata-kata yang layak bagi-NYA dan kemudian dia menyebutkan Dajjal lalu berkata: “ Aku memperingatkan kamu tentang dia, dan tidak ada Nabi yang tidak memperingatkan umat-NYA tentang dia. Nuh memperingatkan para pengikutnya tentang dia. Tetapi saya akan mengatakan kepada Anda sesuatu tentang dia, yang mana tidak ada Nabi yang pernah mengatakan kepada pengikutnya. Anda harus tahu bahwa dia bermata satu, dan ALLAH tidak bermata satu “.
" Abdullah bin Umar berkata : … Rasulullah kemudian berdiri di depan orang-orang, memuji ALLAH dengan kata-kata yang layak bagi-NYA dan kemudian dia menyebutkan Dajjal lalu berkata: “ Aku memperingatkan kamu tentang dia, dan tidak ada Nabi yang tidak memperingatkan umat-NYA tentang dia. Nuh memperingatkan para pengikutnya tentang dia. Tetapi saya akan mengatakan kepada Anda sesuatu tentang dia, yang mana tidak ada Nabi yang pernah mengatakan kepada pengikutnya. Anda harus tahu bahwa dia bermata satu, dan ALLAH tidak bermata satu “.
[Sahih Bukhari]
ياَ عِباَدَ اللَهِّ أَيُّهاَ النَاّسُ فاَثبْتُوُا فإَِنيِّ سَأَصِفُه لَكمُْ صِفَة لمَْ يصَِفْهَا إيَّاه نبَِيٌّ قبَلْيِ إنَهّ يبَْدَأُ فيَقَُولُ أَناَ نبَِيٌّ وَلا نبَِيَّ بعَْدِي ثُمَ يثُنَِيّ فيَقَُولُ
أَناَ رَبُكّمُْ . وَلا ترَوَْنَ رَبَكّمُْ حَتَىّ تمَوُتوُا وَِإنَهّ أَعْورَ وَِإنَّ رَبَكّمُْ ليَسَْ
بأَِعْورَ وَِإنَهّ مَكْتوُبٌ بيَنَْ عَينْيَهِْ كَافرِ يقَْرؤَهُ كلُُّ مؤُْمِنٍ كَاتبٍِ أَوْ غيَْرِ كَات ب
بأَِعْورَ وَِإنَهّ مَكْتوُبٌ بيَنَْ عَينْيَهِْ كَافرِ يقَْرؤَهُ كلُُّ مؤُْمِنٍ كَاتبٍِ أَوْ غيَْرِ كَات ب
" (Nabi memperingatkan) wahai para manusia, teguhkanlah diri kalian !, karena aku akan menerangkan sifat-sifatnya – Dajjal - yang belum pernah diterangkan oleh seorang Nabi pun sebelumku. Dia akan mendakwakan dirinya dengan mengatakan, “Aku adalah seorang Nabi “. Padahal tidak ada Nabi setelahku, Kemudian ia juga akan mengagungkan dirinya dengan mengatakan, “ Aku adalah Rabb kalian ” Sedangkan kalian tidak akan bisa melihat ALLAH kecuali setelah kalian meninggal. Dan ia hanya memiliki satu mata, padahal ALLAH tidaklah bermata satu. Dan diantara kedua matanya tertulis kata “Kafir atau Tak beriman“ yang mana setiap orang beriman ( orang yang memiliki iman dalam hatinya ) akan bisa membacanya, baik yang terpelajar maupun yang tidak terpelajar ". [Sunan Ibnu Majah]
Dalam
Hadits lainnya yang tercatat dalam Sahih Bukhari, Nabi Salallahu Alaihi Salam menyatakan
bahwa Dajjal melihat dengan satu mata — mata kiri, dan bahwa dia sangat buta di
mata kanan:
وَِإنَهّ أَعْورَُ عيَ نِ اليْمنُْىَ
yang terlihat seperti
anggur yang menonjol :
أَنَّ عَينْهَ عِنبَةَ طَافيِةَ
Dalam Hadits lainnya, yang juga tercatat dalam Sahih Bukhari,
Nabi Salallahi Alaihi Wassalam kembali menyebutkan tentang mata kanan Dajjal
yang buta :
" Saat tidur di dekat Kabah tadi malam, saya melihat dalam mimpi saya
"seorang pria berkulit coklat" – pria berkulit coklat terbaik yang
pernah ada - dan rambutnya panjang sehingga jatuh di antara pundaknya.
Rambutnya lusuh dan air menetes dari kepalanya lalu dia meletakkan tangannya di
pundak dua pria sambil mengelilingi Ka'bah. Saya bertanya, Siapakah orang ini ?
Mereka menjawab: Ini adalah Yesus, putra Maryam. Di belakangnya saya melihat
seorang lelaki yang memiliki rambut sangat ikal dan buta di mata kanan,
menyerupai Ibnu Qatan, orang kafir, dalam penampilan. Dia meletakkan tangannya
di atas bahu seseorang saat melakukan Tawāf di sekitar Kabah. Saya bertanya:
Siapa ini? Mereka menjawab, Al-Masih Ad-Dajjāl ".
Bagaimana mungkin bagi seseorang yang memiliki “Iman“ sedangkan dia “Buta huruf”, bisa membaca apa yang tertulis di antara kedua
mata - di dahi - Anti-Kristus?. Tanggapan kami adalah bahwasanya tidak mungkin bagi
kita untuk memahami “Tindakan Membaca” tersebut secara harfiah. Segera setelah kita
mengabaikan pemahaman secara harfiah, maka sebagai konsekuensinya kita beralih untuk mencari pemahaman melalui Sebuah Penafsiran.
Menjadi jelas bahwa orang yang buta
huruf akan memiliki kemampuan untuk membaca karena dia akan membaca dengan “Mata Lain” selain yang terletak di wajah.
Sebuah Epistemologi Al-Qur'an - sebagaimana semua kitab suci yang diwahyukan Illahi lainnya - mengakui bahwasanya hati dapat melihat. Dengan kata lain, manusia memiliki kapasitas untuk memiliki penglihatan secara Internal, disamping penglihatan secara Eksternal. Karena itu dengan penglihatan Internal, maka orang yang buta huruf sekalipun, akan mampu membaca apa yang tertulis di dahi Anti-Kristus.
AL QUR’AN dan Penglihatan Internal.
Sebuah Epistemologi Al-Qur'an - sebagaimana semua kitab suci yang diwahyukan Illahi lainnya - mengakui bahwasanya hati dapat melihat. Dengan kata lain, manusia memiliki kapasitas untuk memiliki penglihatan secara Internal, disamping penglihatan secara Eksternal. Karena itu dengan penglihatan Internal, maka orang yang buta huruf sekalipun, akan mampu membaca apa yang tertulis di dahi Anti-Kristus.
AL QUR’AN dan Penglihatan Internal.
قلُْ هلَْ يسَْتوَِي الأَعْمىَ وَالبْصَِير أَفلَا ٺتَفََكَّروُن...
" Allah yang Maha Tinggi bertanya apakah seseorang yang buta, bisa dianggap sama dengan seseorang yang bisa melihat. Jelas mereka tidak bisa sama — maka, mengapa manusia tidak berpikir ? " [QS Al An'am, 6:50]
" Allah yang Maha Tinggi bertanya apakah seseorang yang buta, bisa dianggap sama dengan seseorang yang bisa melihat. Jelas mereka tidak bisa sama — maka, mengapa manusia tidak berpikir ? " [QS Al An'am, 6:50]
قدَْ جاَءكمُ بصََآىِٕر مِن رَّبكِّمُْ فمَنَْ أَبصْرَ فلَنِفَْسِهِ وَمَنْ عمَِيَ فعَلَيَْهاَ
وَمَا أَناَ علَيَكْمُ بِحفَيِظٍ
" Al Qur’an diatas menyatakan bahwasanya sekarang wawasan internal telah datang kepada umat manusia dari Tuhan mereka yang Maha Agung melalui kitab yang diwahyukan ini ".
Siapa pun, oleh
karena itu, yang memilih untuk “Melihat dan Mengenali Kebenaran", maka dia melakukannya
demi kebaikannya sendiri. Dan siapa pun yang memilih untuk tetap “Buta terhadap Kebenaran", maka dia melakukannya demi kerugiannya sendiri. Dan
(katakanlah kepada orang buta): "Aku bukanlah penjaga Kamu !".
وَنقَُلبُِّ أَفىِْٕدَتَهمُْ وَأَبصَْارَهمُْ كَماَ لمَْ يؤُْمِنوُا بهِِ أَوَّلَ مرََّةٍ وَنذََرهُمُْ فيِ طُغْياَنِهمِْ يعَْمَهوُن
" Mereka yang menolak Al-Qur'an ini akan membayar harga atas penolakannya itu. Allah yang Maha Tinggi akan membuat hati dan mata mereka berpaling dari kebenaran. Seperti mereka belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya, sehingga mereka akan ditinggalkan dalam arogansi mereka yang sangat kuat dan membabi buta ". [QS Al An'am, 6:110]
" Mereka yang menolak Al-Qur'an ini akan membayar harga atas penolakannya itu. Allah yang Maha Tinggi akan membuat hati dan mata mereka berpaling dari kebenaran. Seperti mereka belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya, sehingga mereka akan ditinggalkan dalam arogansi mereka yang sangat kuat dan membabi buta ".
فكَذََّبوُه فأََنجيَنْاَه وَالَذِّينَ مَعهَ فيِ الفُْلكِْ وَأَغْرَقنْاَ الَذِّينَ كذََّبوُا بآِياَتنِاَ إنَّهمُْ كَانوُا قوَْما عمَِين
" Maka mereka mendustakan Nuh Alaihi Salam, kemudian ALLAH memutuskan untuk menghukum mereka. ALLAH menyelamatkan dia dan pengikutnya dalam sebuah bahtera. ALLAH menenggelamkan mereka yang menolak kebenaran yang dibawa oleh Nuh Alaihi Salam. Al-Qur'an kemudian menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang “buta” ! ". [QS Al Araf, 7:64]
" Maka mereka mendustakan Nuh Alaihi Salam, kemudian ALLAH memutuskan untuk menghukum mereka. ALLAH menyelamatkan dia dan pengikutnya dalam sebuah bahtera. ALLAH menenggelamkan mereka yang menolak kebenaran yang dibawa oleh Nuh Alaihi Salam. Al-Qur'an kemudian menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang “buta” ! ".
وَمِنهمُ مَّن ينَظُر إليَكَْ أَفأََنتَ تَهْدِي العْمُْيَ وَلوَْ كَانوُا لا يبُْصرِوُن
" Di antara orang-orang ada orang-orang yang sepertinya mencontoh Nabi [Salallahu Alaihi Wasalam], tetapi bisakah dia menunjukkan jalan yang benar kepada yang “ buta ”, padahal mereka adalah orang yang tidak bisa “melihat “ ? ".
" Di antara orang-orang ada orang-orang yang sepertinya mencontoh Nabi [Salallahu Alaihi Wasalam], tetapi bisakah dia menunjukkan jalan yang benar kepada yang “ buta ”, padahal mereka adalah orang yang tidak bisa “melihat “ ? ".
[QS Yunus, 10:43]
مَثلَُ الفَْرِ يقَينِْ كَالأَعْمىَ وَالأَصمَِّ وَالبْصَِي رِ وَالسَّمِيعِ هلَْ يسَْتوَِياَنِ مَثلَا أَفلَا تذَكََّروُن
" Al-Qur'an mengarahkan perhatian pada dua jenis pria, Keduanya digambarkan sebagai sosok yang “Buta dan Tuli” disatu pihak, dan “ melihat dan mendengar” di pihak yang lainnya. Bisakah keduanya dianggap memiliki sifat yang sama ? Tidakkah manusia mau memikirkannya ? " [QS Hud, 11:24]
" Al-Qur'an mengarahkan perhatian pada dua jenis pria, Keduanya digambarkan sebagai sosok yang “Buta dan Tuli” disatu pihak, dan “ melihat dan mendengar” di pihak yang lainnya. Bisakah keduanya dianggap memiliki sifat yang sama ? Tidakkah manusia mau memikirkannya ? "
أَفمَنَ يعَْلمَ أَنَمّاَ أُنزِلَ إليَكَْ مِن رَبكَِّ الْح ق كمَنَْ هوُ أَع مىَ إنَمّاَ
يتَذَكََّر أُوْلوُا الأَلبْاَبِ
" Al-Qur'an bertanya
apakah seseorang yang mengetahui
dan meyakini bahwasanya apa yang telah dianugerahkan kepada nabi dari Tuhanmu
itu kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran ". [QS Al Rad, 13:19]
وَمَن كَانَ فيِ هَذِهِ أَعْمىَ فهَوُ فيِ الآخِرَةِ أَعْمىَ وَأَضَلُّ سَبيِلا
" Al-Qur'an menyatakan bahwa siapa pun yang “buta” di dunia ini
akan menjadi “buta” dalam kehidupan yang akan datang juga, dan lebih tersesat dari jalan kebenaran ". [QS Al Isra, 17:72]
Kita sekarang dapat menyimpulkan bahwa kapasitas Dajjal dalam
melihat dengan mata kirinya, dan kebutaan di mata sebelah kanannya, harus dipahami
sebagai informasi yang Mutashabihah, sebuah Alegori, dan karenanya ini merupakan
subyek sebuah "Ta'wīl, atau Penafsiran". Penafsiran kami perihal deskripsi yang
diberikan oleh Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasalam adalah, bahwasanya Dajjal memiliki
penglihatan eksternal, tetapi ia secara internal buta!
Ada implikasi yang tidak menyenangkan sebagai hasil dari penafsiran
di atas. Siapa saja diantara manusia yang mengikuti Dajjal, maka akhirnya dia
akan sama dengannya, yaitu secara internal buta. Dan karena dia memiliki kata
Kafir atau tak beriman tertulis di dahinya, implikasinya lebih lanjut adalah
bahwa semua orang yang mengikutinya akan menjadi "Kuffar" (jamak dari Kāfir) atau “Tak
Beriman”, dan dengan demikian dilarang masuk ke Jannah atau surga.
Sehingga mungkin dikarenakan
implikasi inilah, maka Al-Qur'an telah menyampaikan peringatan yang benar-benar
tidak menyenangkan bagi mereka yang tetap buta secara internal, bahwa api
neraka dapat menunggu mereka. Karena Dajjāl dapat membuat mereka menari
mengikuti setiap nada yang dimainkannya :
وَلقََدْ ذَرَأْناَ لِجهََنَّم كَثيِراً مِّنَ الْجنِِّ وَالِإنسِ لهَمُْ قلُوُبٌ لاَ يفَْقَهوُنَ بِهاَ
وَلهَمُْ أَعْينٌُ لاَ يبُْصرِوُنَ بِهاَ وَلهَمُْ آذَانٌ لاَ يسَْمَعوُنَ بِهاَ أُوْلَىِٕكَ
كَالأَنعْاَمِ بلَْ همُْ أَضَلُّ أُوْلَىِٕكَ همُُ الغْاَفلِوُن
" Allah yang Maha Tinggi telah memperingatkan bahwa sejumlah
besar jin dan pria yang memiliki hati namun hati mereka gagal untuk memahami
kebenaran, memiliki “mata” namun mereka gagal untuk “melihat”, dan memiliki “telinga”
yang mereka tidak dapat “mendengar”, mereka ditakdirkan untuk memasuki Api
Neraka. DIA menganggap mereka memiliki status seperti ternak — bahkan, mereka kurang
sadar akan mana jalan yang benar, itulah mereka, mereka telah benar-benar
lalai !"
[QS Al Araf, 7:179]
Islam Protestan, - yang tampaknya secara misterius begitu mirip menjadi duplikat dari Kristen Protestan - bisa jadi tetap tidak yakin dengan
argumen kami yang mendukung interpretasi bahwa mata buta Dajjal harus
ditafsirkan serta memiliki makna kebutaan secara internal, sehingga sebagai akibatnya mungkin, tetap teguh bersikeras dengan pemahaman mereka secara harfiah atas
mata kanannya yang “Buta”. Orang-orang semacam itu jelas akan menolak mengakui
Dajjal ketika dia akhirnya muncul di Yerusalem dengan klaim sebagai Al Masih, kecuali
ia benar-benar buta di mata kanan.
Islam Protestan harus bercermin dari ketidakmampuan misterius
semua orang kafir, terlepas dari seberapa sempurna penglihatan mereka, untuk
dapat membaca apa yang dapat dibaca oleh semua orang beriman, yaitu kata KAFIR - yang akan tertulis di antara kedua mata Dajjāl — di dahinya ! Orang-orang yang
keras kepala seperti itu -yang berpegang pada pemahaman secara harfiah tentang
mata buta Dajjal, dan kata Kafir yang ditulis di dahinya -, harus menjelaskan
kepada kita mengapa Nabi memilih kata “Mu'min” - yaitu orang beriman - dan
karenanya mengecualikan Kafir - yaitu orang tak beriman - ketika ia menyatakan
bahwa orang beriman akan dapat membaca apa yang tertulis di dahi Dajjal ?
Mengapa orang beriman bisa membaca apa yang tidak bisa dibaca oleh orang yang tidak beriman
? Islam Protestan harus memberikan jawaban yang meyakinkan, atau mereka harus segera meninggalkan metodologi mereka yang
rusak.
Memang - kecuali mereka mengubah metodologi mereka yang rusak - mereka tidak akan pernah dapat menjelaskan mengapa Tamim Ad-Dari - yang melihat Dajjal (yang sangat buta di mata kanannya yang terlihat seperti anggur menggembung) -, tidak menyebutkan apa pun tentang mata kanan Dajjal yang buta, ketika dia melaporkan kejadian itu kepada Nabi :
Memang - kecuali mereka mengubah metodologi mereka yang rusak - mereka tidak akan pernah dapat menjelaskan mengapa Tamim Ad-Dari - yang melihat Dajjal (yang sangat buta di mata kanannya yang terlihat seperti anggur menggembung) -, tidak menyebutkan apa pun tentang mata kanan Dajjal yang buta, ketika dia melaporkan kejadian itu kepada Nabi :
" Diriwayatkan bahwa Fatimah binti Qais Radhiyallahu 'anha berkata:. . . (Berikut ini adalah
kata-kata yang diucapkan oleh Tamīm Ad-Dari) ... Kemudian kami berangkat,
bergegas, sampai kami datang ke biara itu, di mana kami menemukan orang yang
paling besar yang pernah kami lihat, terikat kuat dengan tangan terikat pada
leher dan kakinya terikat dari lutut ke pergelangan kaki dengan belenggu besi
..." [Sahih Bukhari]
Islam Protestan memiliki kendala yang bahkan lebih besar
untuk diatasi ketika mereka mencoba untuk menawarkan penjelasan yang kredibel
mengenai bagaimana Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam dapat mencurigai Ibnu Sayyad - seorang pemuda Yahudi di Madinah - sebagai Dajjal, padahal mata kanan dia tidak
buta ?
Sementara uraian di atas menjelaskan secara penuh deskripsi
fisik kami tentang Dajjal - Al Masih palsu - yang berasal dari pemahaman literal
teks-teks kitab suci dalam Islam, ada lebih banyak informasi mengenai profil
unik Dajjal yang dapat ditemukan melalui proses deduksi dari teks-teks tersebut, dan melalui proses deduksi itulah sekarang kami
mengarahkan perhatian.
Menyimpulkan Profil
Lebih Lanjut dari Dajjāl
Catatan sejarah mengungkapkan bahwa sejumlah besar suku-suku
Yahudi telah tinggal di Yathrib (sebuah kota yang terletak di utara Mekah di Jazirah
Arabia) sebelum kelahiran Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam. Kita tahu tentang keberadaan
mereka di Yathrib itu, setelah Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam tiba di kota
tersebut — setelah berhijrah dari kampung halamannya, kota Mekah -.
Semenjak Mithaq atau sebuah perjanjian konstitusional yang
berhasil dinegosiasikan oleh Nabi setelah kedatangannya di Yathrib - dimana
dengannya ia bisa mewujudkan (sebuah model jamak) suatu negara - menyebutkan beberapa
suku Yahudi yang menjadi pihak dalam persetujuan tersebut. Muhammad Hamidullah
menyebutkan dalam bukunya yang berjudul "Konstitusi Tertulis Pertama di Dunia"
(Ashraf, Lahore 1994) bahwa “. . Penduduk
Jazirah Arab terbagi menjadi dua belas suku Aws dan Khazraj, orang-orang Yahudi
terbagi menjadi sepuluh suku Banu Nadir dan Banu Qurayzah ”. Dengan demikian sudah
jelas bahwa orang Yahudi - yang notabene adalah orang-orang non-Arab serta menganggap diri mereka lebih tinggi dari orang Arab – memiliki porsi populasi
yang besar di sebuah kota yang terletak di dekat jantung Jazirah Arab, dekat dengan Makkah.
Merupakan suatu hal yang wajar jika kemudian kita menanyakan “Apa yang membawa begitu banyak suku Yahudi ke kota Yathrib ?“. Klaim yang menyatakan bahwa mereka telah diusir oleh orang-orang Kristen dari kota Yerusalem, sehingga kemudian melarikan diri ke kota Yathrib - sebagaimana yang diungkapkan kebanyakan orang - tidaklah memadai. Para pengungsi, yang menganggap diri mereka – dengan penuh arogansi – sebagai pihak yang lebih superior atas penduduk pribumi, akan mengundang bahaya besar, jika mereka membiarkan diri mereka tumbuh dalam jumlah sedemikian rupa. Sehingga kemudian mereka berjumlah mendekati setengah dari seluruh populasi kota Yathrib. Harus ada alasan kuat yang menjustifikasi para "Alien" yang sombong tersebut agar bisa berkembang dalam jumlah di sebuah kota Jazirah Arab.
Kita ingat bahwasanya mereka telah menolak klaim Yesus - putra Bunda Maria - sebagai sosok yang mengklaim bahwa dia adalah Al Masih yang Dijanjikan. Mereka telah menolak klaim itu dengan alasan bahwa ibunya telah mengandung dia tanpa menikah (yang tentu saja benar) dan mereka telah menyimpulkan - Penuh Kepalsuan - bahwasanya dia dilahirkan dalam dosa. Oleh karena itu mereka tetap bersikukuh sedang menunggu kedatangan Al Masih yang telah dijanjikan kepada mereka oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Merupakan suatu hal yang wajar jika kemudian kita menanyakan “Apa yang membawa begitu banyak suku Yahudi ke kota Yathrib ?“. Klaim yang menyatakan bahwa mereka telah diusir oleh orang-orang Kristen dari kota Yerusalem, sehingga kemudian melarikan diri ke kota Yathrib - sebagaimana yang diungkapkan kebanyakan orang - tidaklah memadai. Para pengungsi, yang menganggap diri mereka – dengan penuh arogansi – sebagai pihak yang lebih superior atas penduduk pribumi, akan mengundang bahaya besar, jika mereka membiarkan diri mereka tumbuh dalam jumlah sedemikian rupa. Sehingga kemudian mereka berjumlah mendekati setengah dari seluruh populasi kota Yathrib. Harus ada alasan kuat yang menjustifikasi para "Alien" yang sombong tersebut agar bisa berkembang dalam jumlah di sebuah kota Jazirah Arab.
Kita ingat bahwasanya mereka telah menolak klaim Yesus - putra Bunda Maria - sebagai sosok yang mengklaim bahwa dia adalah Al Masih yang Dijanjikan. Mereka telah menolak klaim itu dengan alasan bahwa ibunya telah mengandung dia tanpa menikah (yang tentu saja benar) dan mereka telah menyimpulkan - Penuh Kepalsuan - bahwasanya dia dilahirkan dalam dosa. Oleh karena itu mereka tetap bersikukuh sedang menunggu kedatangan Al Masih yang telah dijanjikan kepada mereka oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Mereka memiliki Informasi rahasia yang telah disampaikan kepada mereka melalui Nabi-nabi yang muncul dari kalangan mereka, sebuah informasi yang mengatakan, orang yang dipilih oleh Illahi akan muncul di kota Yathrib. Dampaknya kemudian jelas, mereka lalu memiliki persepsi bahwa kemungkinan dia adalah Al Masih yang telah dijanjikan kepada mereka. Sehingga mereka bahkan berani membual kepada orang Arab di Jazirah Arab, bahwasanya dia akan membuat mereka sangat kuat dan pada akhirnya mereka pun akan berkuasa atas warga arab. Fakta ini tertulis di beberapa buku Sirah, buku biografi Nabi Salallahu Alaihi Wassalam.
Ketika Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam tiba di Yathrib, dengan membawa klaim yang mengejutkan bahwasanya dia adalah seorang Nabi dan Rasul yang telah ditunjuk oleh Illahi, mereka terkejut dan bingung karena dia tidak sesuai dengan profil yang mereka miliki mengenai sosok Al Masih yang diharapkan, atau bahkan seorang Nabi.
Mungkinkah bagi kita untuk menyimpulkan sosok seperti apa sih yang diharapkan oleh umat Yahudi - dan sampai sekarang pun mereka masih mengharapkannya – ?. Sosok seperti apakah yang akan menjadi Al Masih mereka ?. Jika kita dapat menemukan profil mengenai sosok itu, maka kita kemudian akan tahu lebih banyak tentang profil Dajjal yang telah diprogram oleh Illahi untuk meniru Al Masih. Apa dan bagaimana profilnya ?
Pertama, orang-orang Yahudi percaya - dan masih percaya - bahwa mereka adalah satu-satunya Umat pilihan dari ALLAH, dengan mengesampingkan sisa umat manusia lainnya. Al-Qur'an menolak keyakinan (palsu) mereka ini. Dan itu dilakukan Al Qur’an dalam ayat-ayat yang menantang mereka untuk mencari kematian, jika mereka benar-benar percaya bahwa mereka adalah umat pilihan ALLAH. Ini adalah salah satu dari ayat tersebut:
قلُْ ياَ أَيُّهاَ الَذِّينَ هاَدُوا إن زَعمَتْمُ أَنَكّمُْ أَوْليِاَء للَِهِّ مِن دُونِ النَاّسِ فتَمََنَوّاُ المَْوْتَ إن كُنتمُ صَادِقيِن
“ Al-Qur'an sedang berbicara kepada orang-orang Yahudi dan menantang mereka, secara blak-blakan: Jika Anda percaya bahwa Anda adalah umat pilihan Allah, dengan mengesampingkan sisa umat manusia lainnya, maka mengapa Anda tidak mengharapkan kematian, jika apa yang Anda katakan itu benar ? "
[QS al-Jumu’ah, 62:6]
Sebagai Konsekuensi dari keyakinan palsu mereka - yang
menganggap diri mereka sebagai Umat pilihan ALLAH -, maka jelas bagi mereka
bahwasanya Al Masih harus berasal dari umat pilihan ALLAH. Karenanya Al Masih
harus berasal dari Umat Yahudi, dan Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam bukanlah orang Yahudi !
Kedua, mereka percaya bahwasanya kedatangan Al Masih akan
membawa dampak kembalinya kejayaan masa keemasan. Sebagaimana dulu pernah mereka rasakan ketika ALLAH yang Maha Agung memilih David atau Nabi Daud Alaihi Salam
sebagai Raja sekaligus penguasa, dan menganugerahinya dengan sebuah Kerajaan
yang hebat. Sebuah Kerajaan yang kemudian menjadi Kerajaan Adikuasa di dunia
ketika anaknya Solomon atau Nabi Sulaiman naik tahta. Sehingga layak bagi kita
untuk menarik sebuah kesimpulan, bahwasanya umat Yahudi sedang menunggu seorang Al Masih yang
akan memulihkan Israel Suci sebagai Negara adikuasa, dan garis keturunannya
dapat dilacak kepada Daud, Raja Israel yang telah ditunjuk langsung oleh Allah. Umat Yahudi
juga mengharapkan Al Masih sebagai sosok yang memiliki kekuatan Unik, sebagaimana yang dimiliki oleh David dan Solomon, yaitu Nabi Daud dan Sulaiman
Alaihi Salam. Al Masih tidak bisa memiliki kualitas seorang raja pada umumnya.
Akan tetapi dia harus memiliki mutu dan
status yang tinggi sebanding dengan Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, dan ia
juga harus memiliki kekuatan
mukjizat sebagai bentuk anugerah dari Illahi, yang
sebanding dengan apa yang telah dianugerahkan kepada Nabi Daud dan Sulaiman
Alaihi Salam.
Jika kesimpulan di atas benar, maka penting bagi kita untuk
secara teliti mempelajari profil dari kedua Nabi-Raja tersebut, yang notabene
merupakan bapak pendiri Israel Suci. Karena profil merekalah yang harus ditiru atau dimiliki oleh Dajjal.
Profil Dua Nabi-Raja
Al-Qur'an menegaskan bahwa David, yaitu, Nabi Daud Alaihi
Salam, telah dipilih oleh Allah yang Maha Tinggi sebagai penguasa di bumi dengan
menganugerahinya sebuah kerajaan [atau Negara], di mana ia diminta untuk berkuasa
atau memerintah atas dasar Kebenaran.
فهََزمَوُهمُ بإِِذْنِ اللهِّ وَقتَلََ دَاوُدُ جاَلوُتَ وَآتاَه اللهّ المْلُكَْ وَالْحكِْمةَ
...وَعلََمّهَ مِمَاّ يشََاء
" Dan setelah itu, dengan izin Allah, Bani Israil mengusir
mereka, dan Daud membunuh Goliath, kemudian Allah kemudian menganugerahkan
kepadanya sebuah Kerajaan atau Negara, dan kebijaksanaan, dan memberikan
kepadanya pengetahuan tentang apa pun yang Dia kehendaki. . . " [QS Al Baqarah,
2:251]
Telah diakui secara umum bahwasanya ketika Al Qur’an menyebut
kata Al Mulk yang dianugerahkan kepada David atau Nabi Daud Alaihi Wassalam dalam
ayat tersebut, maka Al Mulk ini merujuk kepada Kerajaan atau Negara yang
akhirnya dikenal sebagai Israel Suci.
Dari Fakta tersebut kami menarik sebuah kesimpulan bahwa
Anti-Kristus, atau Dajjal, Al Masih palsu, juga harus seorang pria (dan bukan
wanita) yang akan memerintah Mulk - sebuah Kerajaan atau Negara - yang kemudian
akan diklaim sebagai Negara Israel Suci, dan bahwa dia juga harus memiliki pengetahuan
serta kebijaksanaan.
ياَ دَاوُودُ إنَّا جَعلَنْاَكَ خلَيِفَة فيِ الْأَرْضِ فاَحْكمُ بيَنَْ النَاّسِ باِلْحقَِّ وَلَا ٺتََبِّعِ الْهوَىَ فيَضُِلَكَّ عَن سَبيِلِ اللَهّ إنَّ الَذِّينَ يضَِلُوّنَ عَن سَبيِلِ اللَهِّ لهَمُْ عذََابٌ شَدِيدٌ بمِاَ نسَُوا يوَْمَ الْحسَِابِ
" Allah Yang Maha Tinggi memanggil Nabi Daud Alaihi Salam dan
memberi tahu dia, bahwa dia ditunjuk sebagai penguasa yang akan berkuasa atau
memerintah dengan mengatasnamakan Allah di bumi. David kemudian diperintahkan
untuk memutuskan perkara diantara manusia berdasarkan Kebenaran. Oleh karena
itu dia harus menilai berdasarkan Hukum yang berasal dari Allah yang Maha
Tinggi, dan dia
seharusnya tidak mengikuti Hawa Nafsu dengan mengadopsi hukum sekular pengganti
miliknya sendiri. Jika dia melakukannya, itu akan menyesatkannya dari jalan
Allah. Sesungguhnya, bagi mereka yang tersesat dari jalan Allah, Allah telah
menyediakan Adzab yang Pedih bagi mereka karena melupakan hari pembalasan ".
[QS Sad,
38:26]
Sebagai Konsekuensi dari penunjukan langsungnya oleh ALLAH, maka
David atau Nabi Daud Alaihi Salam mendirikan
di tanah suci sebuah Negara Khilafah yaitu Negara Israel Suci. Negara Israel Suci merupakan sebuah
negara di mana kekuasaan dan pemerintahan didasarkan pada kebenaran yang berasal
dari Illahi, dan dalam penegakan hukum, Hukum Allah-lah yang digunakan sebagai
hukum tertinggi.
Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Dajjal juga
harus mendirikan apa yang dia klaim sebagai Negara Khilafah - di Tanah Suci-. Sebuah Negara Suci seperti itu harus (tampaknya) menegakkan Hukum Illahi sebagai
hukum tertinggi. Oleh karena itu, Israel Dajjal tidak dapat menjadi negara
anggota Organisasi PBB, yang mengharuskannya tunduk pada otoritas tertinggi Dewan Keamanan PBB.
Tidak bisa juga, menjadi negara anggota Dana Moneter Internasional yang
melarang penggunaan emas sebagai uang. Umat Yahudi sangat mengharapkan Al Masih
untuk berkuasa atau memerintah berdasarkan Kebenaran.
Untuk alasan inilah maka Dajjal - Al Masih palsu - tidak dapat
mengharapkan umat Yahudi untuk menerima dia sebagai Al Masih Sejati, jika
Israelnya masih menggunakan uang palsu dalam bentuk kertas, plastik atau uang
elektronik. Dengan demikian Israel harus kembali ke "Sistem Moneter Koin Emas
dan Perak". Setiap orang Yahudi di dunia tahu bahwa sistem moneter saat ini
adalah palsu, curang dan Haram, yaitu, dilarang keras. Mungkin, satu-satunya yang
kini tersisa di bumi yang tidak dapat mengenali apa yang dikenali oleh setiap
orang Yahudi, adalah para ulama terpelajar dan pemimpin dunia Islam — baik di
dalam maupun di luar (sampai sekarang) Republik Amerika Pakistan!
Baik David maupun Solomon, yaitu Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, diangkat oleh ALLAH yang Maha Tinggi menjadi sosok raja-raja yang memiliki status sangat tinggi diantara mahluk ciptaan-NYA, dan yang berkuasa atas sebuah kerajaan yang sangat hebat :
Baik David maupun Solomon, yaitu Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, diangkat oleh ALLAH yang Maha Tinggi menjadi sosok raja-raja yang memiliki status sangat tinggi diantara mahluk ciptaan-NYA, dan yang berkuasa atas sebuah kerajaan yang sangat hebat :
وَلقََدْ آتيَنْاَ دَاوُودَ وَسُليَمَْانَ عِلمْاً وَقاَلَا الْحمَْدُ للَِهِّ
الَذِّي فضََّلنَاَ علَىَ كَثيِرٍ مِّنْ عِباَدِهِ المْؤُْمِنيِن
" ALLAH memberikan Ilmu yang hakiki kepada nabi Daud dan Sulaiman
Alaihi Salam, dan mereka berdua membalasnya dengan mengagungkan ALLAH, yang telah melebihkan
mereka dari banyak hamba-Nya yang beriman ! " [QS An Naml, 27:15]
وَشَدَدْناَ ملُْكهَ وَآتيَنْاَه الْحكِْمةَ وَفصَْلَ الْ خطَِابِ
" Allah Maha Tinggi telah menjadikan Kerajaan Daud, yaitu,
Negara Suci Israel, menjadi sebuah Negara
atau Kerajaan yang sangat kuat. Allah juga menganugerahinya kebijaksanaan dan
penilaian yang kuat dalam ucapan dan keputusan ". [QS Sad, 38:20]
Sebagai konsekuensi dari hal di atas, maka umat Yahudi sekarang sedang
menunggu Al Masih untuk memerintah atas Negara Suci Israel. Sosok yang akan memiliki
kekuatan dan kekuasaan sebanding dengan Kerajaan Israel yang perkasa di bawah kekuasaan
David dan Sulaiman, yaitu Nabi Daud dan Nabī Sulaiman Alaihi
Salam.
Sehingga dari uraian diatas sekarang kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa Dajjal harus mencari cara untuk menjadikan negara Israel saat ini,
sebagai sebuah Kerajaan dan Negara Adikuasa yang perkasa —itulah yang dinamakan Pax
Judaica !.
Seorang Penipu di Tahta
Sulaiman
Al-Qur'an terus mengungkap peristiwa yang benar-benar
mencengangkan dalam sejarah keagamaan, yang mana tidak seorangpun sebelumnya bisa
menemukan korelasi. Penjelasan tentang sebuah peristiwa yang telah membawa kita
pada sebuah pemahaman, bahwa Nabi Sulaiman Alaihi Wassalam memiliki penerawangan
dari Allah Maha Tinggi di mana ia melihat bahwa seorang penipu tanpa jiwa suatu
hari nanti akan duduk di singgasananya. Penipu yang kemudian berusaha untuk mendirikan
Negara Israel gadungan, lalu mengeluarkan klaim bahwa ia telah memulihkan Negara
Israel Suci. Dan dikarenakan pengetahuannya tentang peristiwa masa depan yang
tidak menyenangkan itulah tepatnya, maka dia segera memanjatkan sebuah doa yang
luar biasa kepada Allah yang Maha Tinggi. Inilah dua ayat yang relevan dari Al-Qur'an :
وَلقََدْ فتَنََاّ سُليَمَْانَ وَأَلقَْينْاَ علَىَ كرُسِْيهِِّ جَسَدًا ثُمَ أَناَبَ
" Allah yang Maha Tinggi mendatangkan kesedihan kepada Nabi Sulaiman
Alaihi Salam, ketika DIA menempatkan di atas takhtanya sesosok Jasad, yaitu,
tubuh manusia tanpa jiwa, dan ketika Nabi Sulaiman Alaihi Salam melihat apa
yang ditunjukkan kepadanya, dia kemudian menghadap dengan penuh penyesalan
kepada Allah kemudian memanjatkan sebuah
doa ". [QS Sad, 38:34]
Di ayat berikutnya dari Surah yang sama, Allah Yang Maha Tinggi
menggambarkan tanggapan Nabi Sulaiman terhadap Jasad yang dia lihat duduk di singgasananya:
قاَلَ رَبِّ اغْفرِ ليِ وَهبَْ ليِ ملُكًْا لَّا ينَبغَِي لأَِحدٍَ مِّنْ بعَْدِي إنَكَّ أَنتَ الوْهََّابُ
" Nabi Sulaiman Alaihi Salam bereaksi dengan memanjatkan sebuah
doa : Semoga Allah yang Maha Tinggi mengampuni dosa-dosanya, dan mentakdirkan
bahwa Negara Suci Israelnya tidak akan pernah menjadi milik yang lain
sesudahnya. Sesungguhnya, hanya ENGKAU-lah yang
dapat menganugerahkan hal semacam itu. "
[QS Sad, 38:35]
Metodologi yang tepat untuk mempelajari subjek ini - cara untuk
memahami dan mengidentifikasi Jasad - adalah dengan mempelajari kedua ayat ini
secara menyeluruh. Sungguh disesalkan bahwa para sarjana Islam gagal dalam menerapkan
metodologi yang tepat sebagai upaya mereka untuk menafsirkan Jasad. Sehingga sebagai
konsekuensinya mereka telah memberikan penafsiran yang sangat aneh mengenai subyek Jasad tersebut.
Ketika kedua ayat tersebut dipelajari secara menyeluruh, maka
barulah pengambilan kesimpulan yang sepenuhnya masuk akal dapat dihasilkan. Bahwa tubuh manusia yang tidak memiliki jiwa - sehingga digambarkan sebagai
Jasad - yang telah ditempatkan di atas singgasana Sulaiman, membuatnya takut dan mendorongnya untuk memanjatkan sebuah doa. Karena ia dapat melihat, bahwa Jasad akan berusaha mengambil
alih tahtanya — yang merupakan kekuasaannya atas Israel Suci, kemudian berusaha
menciptakan Negara yang tidak suci, di Tanah Suci lalu mengatas namakannya
sebagai Israel Suci — dan dia akan berusaha menyamakannya dengan Negara Israel
Suci.
Oleh karena itu pandangan kami adalah, sesungguhnya Nabi Sulaiman
Alaihi Salam telah melihat Anti-Kristus atau Dajjal - Al Masih Palsu - duduk di
atas singgasananya di Yerusalem, dengan misi akhirnya yaitu untuk memerintah atas Negara
Israel yang akan dia klaim sebagai Negara Israel Suci. Itulah yang mendorong beliau memanjatkan doa kepada Allah yang Maha Tinggi, untuk memastikan bahwa upaya seperti
itu tidak boleh berhasil. Jadi Jasad
yang duduk di atas takhta itu adalah Dajjal !
Kita sekarang dapat mengenali bahwa Dajjal bukan malaikat,
atau jin, tetapi, lebih tepatnya, Jasad, yaitu, tubuh manusia yang tanpa jiwa.
Kami tidak tahu siapa saja yang sebelumnya telah
mengidentifikasi Jasad dalam Al-Qur'an sebagai Dajjal, sehingga ada kemungkinan
identifikasi yang kami buat dalam buku ini mengenai Jasad sebagai Dajjal
merupakan Identifikasi yang pertama kalinya.
Dikarenakan pandangan ini merupakan pandangan yang paling
penting diantara semua pandangan yang terdapat dalam buku ini, secara naluriah pembaca
kami akan tertarik untuk mengetahui apa saja penjelasan dan interpretasi dari
ayat yang diberikan secara khusus, oleh komentator klasik Al-Qur'an. Disebabkan
hal inilah maka kami telah menyertakan ringkasan pandangan-pandangan tersebut
di lampiran dua.
Semenjak penulis buku ini memiliki pandangan bahwa Dajjal - Anti-Kristus - adalah Jasad yang telah ditempatkan Allah di atas singgasana Nabi Sulaiman
Alaihi Wassalam, maka hal selanjutnya mengenai Dajjal adalah, bahwa dia adalah sosok makhluk yang diciptakan
secara khusus dan akan muncul sebagai manusia karena ia memiliki tubuh manusia. Akan tetapi dia tidak akan menjadi manusia dalam makna seutuhnya karena ia akan
tanpa jiwa (Nafs). Karena dia tidak memiliki jiwa, maka dia tidak akan memiliki
kehendak bebas, atau hawa nafsu sendiri. Sehingga dia tidak akan bertanggung
jawab atas perbuatannya. Hal ini berarti bahwa Dajjal tidak akan dihakimi pada Hari
Penghakiman sebagaimana layaknya semua manusia lainnya. Mungkin sulit, jika
bukan mustahil, bagi sebagian pembaca untuk sekedar memahami, apalagi untuk
akhirnya menerima, pandangan Dajjal sebagaimana penjelasan di atas. Oleh karena
itu kami menyarankan bagi para pembaca seperti itu, untuk terus melanjutkan
pembahasan mengenai subyek ini dan tidak membiarkan pandangan mengenai Jasad
sebagai Dajjal ini menjadi “Tulang yang menempel di tenggorokan“ [ Suatu hal
yang menghambat atau mengganjal ].
Kita perlu membuat satu catatan lagi mengenai Jasad, sebelum
kita dapat melanjutkan kembali pembahasan kita mengenai subyek ini.
Jika Dajjal adalah memang benar Jasad - yaitu tubuh manusia
tanpa jiwa atau roh - maka hal ini berarti bahwa Dajjal tidak memiliki
kecerdasan intrinsik. Dia tidak punya dan tidak akan bisa berpikir untuk dirinya
sendiri. Artinya, kecerdasan dan proses pemikirannya diprogram secara
eksternal. Dia mirip dengan robot, sehingga kita bisa lebih memahami Dajjal,
dan kadang-kadang bahkan mengenali jejak langkahnya - dalam permasalahan apapun -, disebabkan
kecerdasannya adalah buatan. Tidak ada jejak langkah Jasad yang lebih jelas
terlihat saat ini di dunia, selain jejak langkah dibidang moneter, dimana uang riil dalam bentuk emas dan perak
telah digantikan oleh Jasad dengan uang artifisial. Ini akan menjadi subjek
dari buku berikutnya, Insya Allah.
Al-Qur’an melanjutkan dengan menggambarkan keberhasilan Jasad dalam memperdaya Jin untuk terus bekerja baginya dan untuk melayani dia selama bertahun-tahun sambil terus percaya bahwasanya mereka sedang bekerja untuk Sulaiman Alaihi Salam. Penjelasan bagi kesuksesan Dajjāl dalam melakukan tindakan penipuannya itu adalah, bahwa setelah kematian Sulaiman Alaihi Salam Jin hanya melihat Jasad duduk di atas takhta dan berpegang pada tongkat Sulaiman Alaihi Salam, dan berasumsi bahwa itu adalah Sulaiman Alaihi Salam. Jin itu terikat kepada Sulaiman sebagai sebuah keputusan dari illahi, dan karenanya tidak memiliki kebebasan untuk mengamati apa yang terjadi di dunia (lihat Al-Qur'an, surah Saba, 34: 12–14). Mereka tidak sadar bahwa Sulaiman telah meninggal dan dikubur. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Akhir Zaman dan sebagai akibatnya, tidak mungkin mereka bisa menyadari bahwasanya mereka telah bekerja sebagai budak bagi seorang penipu.
Al-Qur’an melanjutkan dengan menggambarkan keberhasilan Jasad dalam memperdaya Jin untuk terus bekerja baginya dan untuk melayani dia selama bertahun-tahun sambil terus percaya bahwasanya mereka sedang bekerja untuk Sulaiman Alaihi Salam. Penjelasan bagi kesuksesan Dajjāl dalam melakukan tindakan penipuannya itu adalah, bahwa setelah kematian Sulaiman Alaihi Salam Jin hanya melihat Jasad duduk di atas takhta dan berpegang pada tongkat Sulaiman Alaihi Salam, dan berasumsi bahwa itu adalah Sulaiman Alaihi Salam. Jin itu terikat kepada Sulaiman sebagai sebuah keputusan dari illahi, dan karenanya tidak memiliki kebebasan untuk mengamati apa yang terjadi di dunia (lihat Al-Qur'an, surah Saba, 34: 12–14). Mereka tidak sadar bahwa Sulaiman telah meninggal dan dikubur. Mereka tidak memiliki pengetahuan tentang Akhir Zaman dan sebagai akibatnya, tidak mungkin mereka bisa menyadari bahwasanya mereka telah bekerja sebagai budak bagi seorang penipu.
Dengan demikian Negara Israel yang tidak
suci akan menerima dukungan terus menerus dari Jin dalam sebuah perjuangan panjang untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu terciptanya Negara Israel Suci - sepanjang hidupnya - selama Dajjal terus duduk diatas singgasana Sulaiman Alaihi Salam sambil berpegang
pada tongkat sucinya.
Dā'bbatul Ard (Binatang
atau Makhluk Bumi)
Allah yang Maha Bijaksana menciptakan SESUATU yang secara bertahap
akan mencabik-cabik otoritas Israel Dajjal — disimbolkan oleh Minsa'ah Salomo —
sampai Minsa'ah kehilangan Fitrahnya - sebagai konstitusi yang dianugerahkan
secara Illahi - lalu kemudian runtuh. Hanya saat terjadinya keruntuhan itulah, maka Dajjal
akan kehilangan
kemampuannya untuk meyakinkan para Jin, bahwa dia yang duduk di atas takhta itu
adalah Sulaiman Alaihi Salam. Pada saat
itulah - ketika kenyataan ini terungkap oleh para Jin -, Negara Israel Dajjal yang
tidak suci akan kehilangan dukungan para Jin dengan sebuah konsekuensi yang
harus ditakuti oleh setiap Yahudi Zionis
dan pendukung Kristen Zionis Israel. Inilah informasi luar biasa ini yang telah
disampaikan oleh ayat Al-Qur'an.
فلَمََاّ قضََينْاَ علَيَهِْ المَْوْتَ مَا دَلَهّمُْ علَىَ مَوْتهِِ إلَّا دَابَةّ الْأَرْضِ تأَْكلُُ مِنسَأَتهَ فلَمََاّ خَرَّ تبَيََنّ ت الْجنُِّ أَن لَوّْ كَانوُا يعَْلمَوُنَ الغْيَبَْ مَا لبَثِوُا فيِ العْذََابِ المْهُِ
" Ketika Allah Yang Maha Tinggi memutuskan bahwa Sulaiman
Alaihi Salam harus meninggal, para Jin tidak pernah menyadari bahwa dia telah meninggal,
dan akan ada seorang penipu yang duduk di singgasananya menempati posisinya
dalam kepemilikan Minsa'ah, sampai suatu saat Da'bbatul Ard mengkonsumsi Minsa'ah
tersebut. Dan ketika pada akhirnya Minsa’ah runtuh dalam arti bahwa ia
kehilangan kekuatan ajaibnya, maka Jin, yang selama ini tunduk kepada Sulaiman
Alaihi Salam dengan perintah dari Allah, kemudian menyadari bahwa dia telah meninggal
dan kemudian menyadari bahwa mereka selama ini sejak kematian Sulaiman Alaihi
Salam telah bekerja bagi seorang penipu yang duduk di singgasananya dan memegang
Minsa'ah-nya. Allah yang Maha Bijaksana kemudian berkomentar bahwa jika
mereka [Para Jin] memiliki pengetahuan tentang yang Ghaib, yaitu, pengetahuan
tentang peristiwa yang berada di luar kapasitas mereka untuk melihat atau
mengamati sementara mereka tetap terikat dengan Sulaimān, mereka tidak akan
terus bekerja keras dalam sebuah hukuman penghambaan yang memalukan, dan
melakukan semua hal-hal jahat yang diperintahkan oleh sang penipu, yang harus
mereka kerjakan demi kepentingan Israel." [QS
Saba, 34:14]
Terlihat dengan Jelas bahwasanya kepemilikan Minsa’ah Sulaiman-lah yang menyebabkan Jasad - sosok yang duduk diatas singgasana Sulaiman Alaihi Salam - dapat berhasil dalam menjaga agar Jin terus bekerja untuknya. Minsa’ah Sulaiman Alaihi Salam haruslah memiliki kekuatan atau Khasiat ajaib tertentu yang dianugerahkan oleh Illahi, sehingga memiliki efek pada Jin. Kita bisa mengingat sebuah tongkat yang memiliki kemampuan yang sama [ juga memiliki kekuatan atau Khasiat ajaib tertentu yang dianugerahkan oleh Illahi ] yaitu tongkat Moses atau nabi Musa Alaihi Salam, ketika dipukulkan ke laut merah, maka kemudian laut pun terbelah secara ajaib dan membuat jalur tanah kering sehingga dapat dilalui dengan aman oleh bani Israil dalam upaya mereka meloloskan diri (Lihat Al-Qur'an, Surah As-Shura, 26:23). Juga dengan tongkatnya Nabi Musa Alaihi Salam memukul batu lalu kemudian dua belas aliran air mengucur secara ajaib dari batu karang — satu aliran untuk masing-masing suku dari dua belas suku Bani Israil (Lihat Al-Qur'an, al-Baqarah, 2: 160). Dengan tongkat yang sama pulalah Musa Alaihi Salam mengalahkan para penyihir Firaun, ketika tongkatnya dilempar berubah menjadi ular yang secara ajaib menelan semua ular yang mereka hasilkan dari sihir (Lihat Al-Qur'an, al-'Arāf, 7: 107–117). Tapi dalam kasus berbeda, dengan baju Yusuf Alaihi Salam yang dilemparkan pada ayahnya, pada wajah Yakub Alaihi Salam, maka penglihatannya secara ajaib dipulihkan.
Para Ahli Tafsir Al-Qur'an secara universal setuju bahwa kata
Minsa'ah di atas berarti “Tongkat” atau “Tongkat Jalan”. Jika kita menerima Penafsiran
tentang arti kata Minsa'ah sebagai
tongkat, maka implikasinya adalah Jasad sedang memegang tongkat Nabi Sulaiman
Alaihi Salam. Sehingga Jasad bisa mengambil manfaat dari kekuatan ajaibnya yang mencegah Jin
untuk mengetahui bahwa Nabi Sulaiman Alaihi Salam telah meninggal, serta menyadari bahwa
ada orang lain yang duduk di singgasana menggantikannya.
Dā'bbatul Ard kemudian haruslah menjadi sesuatu yang secara
bertahap menggerus, dan pada akhirnya berhasil meniadakan atau menghancurkan
sifat-sifat menakjubkan dari tongkat Nabi Sulaiman Alaihi Salam. Ayat Al-Qur'an
di atas memberikan analogi rayap yang menggerogoti
ujung tongkat yang tegak, kemudian akhirnya kehilangan keseimbangan dan runtuh.
Pandangan kami, - kami anggap sebagai satu pandangan yang layak dalam
mengidentifikasi - adalah bahwasanya Dā'bbatul Ard itu adalah gelombang elektronik
yang tidak terlihat dan dipancarkan dari telepon seluler serta internet
nirkabel yang mencemari atmosfer. Mungkin gelombang elektronik inilah yang pada
akhirnya menyebabkan Tongkat Nabi Sulaiman Alaihi Salam kehilangan sifat-sifat mukjizatnya. Dan
kehilangan itu dijelaskan dalam Al-Qur'an sebagai sebuah "keruntuhan" — Wallahua’lam
bishawab !. Sudah terbukti pada lebah yang sekarang mengalami kesulitan dalam menavigasi
jalan mereka, menuju dan dari pencarian
serbuk sari dalam bunga, sehingga akibatnya produksi madu di dunia modern yang
misterius ini mengalami penurunan secara konstan dan berada dalam taraf yang mengkhawatirkan.
Tetapi metodologi yang tepat mensyaratkan, bahwa Al-Qur'an
sendirilah yang harus digunakan untuk menjelaskan arti dari kata Minsa'ah. Kita
harus mulai menerapkan metodologi yang tepat dengan memperhatikan bahwa Al-Qur'an
selalu menggunakan kata lain untuk “Tongkat”, yaitu "Asah". Mengapa kemudian
Allah Yang Maha Tinggi awalnya menggunakan kata "Asāh" - yang telah secara konsisten
digunakan-NYA - untuk mengartikan “Tongkat”, kemudian dalam ayat ini, menggunakan kata
lain “Minsa'ah”, untuk mengartikan hal yang sama ? Ini akan menjadi pergantian
kebiasaan "yang aneh dan misterius" dari
prinsip konsistensi sastra.
Ketika kami melanjutkan untuk menerapkan metodologi yang tepat dalam meneliti setiap contoh lain penggunaan kata Minsa'ah dalam Al-Qur'an, kami menemukan satu contoh tunggal dalam Surah al-Taubah sebagai berikut:
Ketika kami melanjutkan untuk menerapkan metodologi yang tepat dalam meneliti setiap contoh lain penggunaan kata Minsa'ah dalam Al-Qur'an, kami menemukan satu contoh tunggal dalam Surah al-Taubah sebagai berikut:
إِنَمّاَ النَسّيِء زِياَدَةٌ فيِ الْكُفْرِ يضَُلُّ بهِِ الَذِّي نَ كَفَوُ وُا يُحلِوِّنهَ عاَمًا وَيُحرَِمّوُنهَ عاَمًا ليِّوُاَطِؤوُا عِدَّة مَا حَرَّمَ اللهّ فيَحُِلُوّا مَا حَرَّم اللهّ زيُنَِّ لهَمُْ سُوء أَعْماَلهِمِْ وَاللهّ لا يَهْدِي القَْوْمَ الكَْافرِِينَ
" Allah yang Maha Tinggi telah mencela dalam ayat di atas
praktek orang Arab yang mengundur-undurkan waktu, dan menyatakannya sebagai satu lagi
contoh nyata dari penolakan mereka dalam mengakui kebenaran – maksudnya mereka
yang cenderung menyangkal kebenaran - akan disesatkan. Mereka melakukan praktek penambahan
bulan setiap tahun ketiga, agar tahun lunar dapat disinkronkan dengan
tahun matahari, menghalalkannya dalam satu tahun dan mengharamkannya di tahun lain, untuk menyesuaikan jumlah bulan yang telah disucikan Allah dengan bilangan yang Allah telah mengharamkannya. [Syaitan) menjadikan mereka memandang baik perbuatan mereka
yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir ".
[QS At Taubah, 9:37]
Al Qur’an yang penuh dengan rahmat dalam ayat diatas, jelas
menggunakan kata tersebut dalam maknanya sebagai “ Waktu”. Waktu disini maknanya adalah, perubahan dalam sistem pengukuran lintasan waktu di mana Allah yang Maha
Tinggi, telah menetapkan bahwa satu tahun harus terdiri dari dua belas bulan
lunar.
Ketika Nabi Salallahu Alaihi Wassalam menggunakan kata yang
sama, ia juga menggunakannya untuk makna “Waktu” dalam maknanya sebagai “Masa hidup” :
عَنْ أَنسَِ بنِْ مَالكٍِ رَضيَِ اللَهّ عَنهْ قاَلَ : سَمعِْتُ رَسُولَ اللَهِّ صَلَىّ اللَهّ علَيَهِْ وَسَلَمَّ يقَُولُ : مَنْ سرََّه أَنْ يبُسَْطَ لهَ فيِ رِزْقهِِ أَوْ ينُسَْ ألهَ فيِ أَثرَِهِ فلَيْصَِلْ رَحِمهَ
" Siapa pun yang berharap bahwa ia diberi lebih banyak kekayaan
dan dipanjangkan umurnya, maka ia harus menjaga hubungan baik dengan sanak
saudara dan kerabatnya ". [Bukhari, Muslim]
Oleh karena itu, baik Al-Qur'an maupun Nabi Salallahu Alaihi
Salam mendukung arti “Tongkat” untuk kata Minsa'ah, yang telah ditafsirkan
oleh para ahli tafsir Al-Qur'an.
Kita sekarang hanya memiliki satu alternatif, yaitu, bahwasanya
Minsa'ah itu mengacu pada sebuah kapasitas mukjizat dalam konteks hubungan nabi
Sulaiman Alaihi Salam dengan “ Dimensi Waktu “.
Ada kemungkinan bahwa Dā'bbatul Ard akan menghancurkan kapasitas
ajaib dari “Tongkat“, kapasitas yang memungkinkan perjalanan simultan bolak-balik
melalui dimensi waktu yang berbeda. Melalui perjalanan bolak-balik ini, para
pemuda yang tertidur di dalam gua dapat tetap berada dalam dua dimensi waktu
secara bersamaan (Lihat Al-Qur'an, Al-Kahfi, 18: 16-20). Jika Jasad dapat
memanipulasi dimensi waktu yang berbeda, maka dengan demikian ia bisa memperlihatkan
kepada Jin sosok Sulaiman [palsu] yang masih hidup, sambil terus menyembunyikan
kematian Sulaiman Alaihi Salam dari mereka.
Jadi Dajjal - Sang Jasad - dapat memanipulasi dimensi waktu
yang berbeda dikarenakan kepemilikan tongkat Sulaiman Alaihi Salam, sehingga
dia bisa melanjutkan rencananya, dengan tujuan akhir untuk memerintah dunia dari kota Yerusalem Suci. Oleh karena itu, dalam hal ini kita harus setuju bahwa fungsi utama Dā'bbatul
Ard nantinya adalah untuk men-skak mati Dajjal - sang Jasad -, dengan cara "merampas tongkat" tersebut. Dā'bbatul Ard melakukannya dengan cara "mengkonsumsi tongkat", sehingga "merampas tongkat" disini artinya adalah "Merampas Sifat dan Fungsi Mukjizat dari Tongkat tersebut". Wallahua’lam bishawab !
Dalam ayat lain, Al-Qur'an selanjutnya menggambarkan Da'bbatul
Ard sebagai sesuatu yang akan “Berbicara (atau melukai)" :
وَِإذَا وَقعََ القَْو لُ علَيَْهمِْ أَخْرَجْناَ لهَمُْ دَابَةّ مِّنَ الْأَرْضِ تكَُلمِّهُمُْ أَنَّ النَاّسَ كَانوُا بآِياَتنِاَ لَا يوُقنِ
" Sekarang bagi mereka yang buta dan tuli hatinya, ketika Firman
kebenaran telah terkuak teguh bagi mereka,
KAMI akan keluarkan dari bumi suatu makhluk, yang akan berbicara kepada - atau
melukai - mereka, karena manusia tidak memiliki keyakinan yang nyata terhadapa
Peringatan kami. Oleh karena itu, Munculnya binatang atau makhluk bumi - Da'bbatul
Ard -, secara langsung ada kaitannya dengan kelalaian dunia orang-orang yang
membiarkan diri mereka menjadi tercuci otaknya ". [QS An Naml, 27:82].
Kata Arab yang sama تكلمهم dapat memiliki dua makna berbeda
berdasarkan tanda baca yang berbeda. Jika ditulis sebagai تكَُلمِّهُمُْ (tukallimuhum) maka itu berarti “Berbicara
kepada mereka”. Tetapi jika ditulis sebagai تكََلمِهُمُْ (taklimuhum) itu berarti “Melukai
mereka”. Kedua makna itu tampaknya berlaku jika kita menafsirkan Da'butul Ard
dengan cara yang baru saja kita lakukan. Seorang sahabat dari Yang Mulia Nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam, Ibnu Abbas, memegang pandangan ini. [Lihat Tafsir
al-Qurtubi]
Komunikasi elektronik melalui apa yang disebut dengan “Smart
Phones” dan berbagai telepon seluler lainnya, secara cepat mengubah mayoritas
dari “Dunia yang terkoneksi“ menjadi “ Sebuah tempat berbicara virtual yang
besar ”, tempat dimana para “Lembu” dunia tanpa henti menghabiskan waktu, jam,
hari, minggu— dan pada akhirnya sepanjang hidup, berkomunikasi satu sama lain
dalam suatu wadah yang paling baik kita gambarkan sebagai “Kota bicara“. Akhirnya para
“Lembu” menjadi sangat kecanduan terhadap apa yang seringkali disebut dengan
“Gosip”, sehingga mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa perangkat tersebut.
Mereka tidak menyadari bahwasanya ledakan “Bicara" ini tidak
terjadi secara kebetulan. Sebaliknya, rencana Illahi sedang berlangsung di mana
gelombang elektronik yang dipancarkan ke atmosfer, dan ke gendang telinga, serta
otak manusia, tidak hanya akan menyebabkan tergerusnya secara elektronik kemukjizatan
tongkat nabi Sulaiman Alaihi Salam, akan tetapi juga akan merusak otak manusia.
Sedemikian rupa sehingga kanker otak, demensia, dan bentuk demensia yang dikenal
sebagai Alzheimer, akan menjadi hal yang umum. Memang mungkin ada epidemi dalam prosesnya.
Alzheimer adalah penyakit otak yang menyebabkan penurunan kemampuan ingatan,
pemikiran, dan penalaran, menjadi lambat. Salah satu tanda Alzheimer yang
paling umum adalah kehilangan ingatan, terutama melupakan informasi yang
baru-baru saja dipelajari. Yang harus menjadi sebuah bentuk keprihatinan utama adalah, bahwasanya anak-anak berumur enam dan delapan tahun sekarang menjadi korban
demensia masa kanak-kanak — yaitu, Alzheimer.
Pandangan kami menyatakan bahwasanya, Da'bbatul Ard ini dapat
diidentifikasi sebagai badai elektronik yang telah muncul dari bumi dan menyapu
seluruh umat manusia ke dalam dekapannya yang mematikan, di mana pikiran
manusia itu sendiri sedang dilucuti. Alih-alih hidup di "Dunia Nyata", manusia
yang lalai disapu ke dalam dekapan mematikan dari apa yang disebut dengan "Dunia
Maya". Mereka akhirnya kehilangan kontak dengan "Realitas Spiritual", dan mereka
kehilangan kesadaran akan status mereka sebagai makhluk hidup yang hidup dalam
Ruh, atau Roh. Al-Qur'an telah menyampaikan peringatan yang tidak menyenangkan
tentang keadaan yang persis seperti itu :
وَلَا تكَُونوُا كَالَذِّينَ نسَُوا اللَهّ فأََنسَاه م أَنفُسهَمُْ أُوْلىَِٕكَ همُُ الفَْاسِقُون
" Allah memperingatkan manusia untuk tidak menjadi seperti
mereka yang lupa terhadap Allah, lalu Allah menjadikan mereka tidak menyadari
status mereka sebagai manusia. Mereka itulah orang-orang yang fasik ! " [QS Al
Hasyr, 59:19]
Mereka yang merasa tidak senang dengan identifikasi Da'bbatul
Ard di atas, dapat memilih untuk menunggu seekor Binatang, yang telah dijelaskan di
tempat lain sebagai berikut :
“ Kepalanya seperti kepala banteng, matanya seperti mata
babi, telinganya seperti telinga gajah, tanduknya seperti tanduk rusa jantan,
lehernya seperti leher burung unta, dadanya seperti dada singa, warnanya
seperti warna harimau, paha seperti pangkal kucing, ekornya seperti ekor domba
jantan, dan kakinya seperti kaki unta “
Fungsi Dā'bbatul Ard ini haruslah sangat nyaman bagi Dajjal,
- yang memiliki tujuan yang sama untuk secara bertahap melucuti setiap pesaing
Israel yang sekarang ada di dunia -. Maka itulah penjelasan yang pas bagi nasib
yang sekarang sedang menimpa negara-negara besar di Barat seperti Amerika
Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, dll.
Negara-negara adikuasa ini beserta sekutu-sekutu terbesarnya
– mereka adalah pihak yang memberikan Pax Britannica dan Pax Americana kepada
dunia -, secara bertahap sedang dilucuti
oleh kekuatan-kekuatan tersembunyi. Mirip dengan rayap yang terus-menerus
menggerogoti “Tongkat” yang memelihara keseimbangan tubuh tanpa jiwa yang
sedang duduk di atas tahta yang disediakan bagi Negara yang berkuasa. Negara
yang menyaingi status Israel sebagai Negara yang berkuasa di dunia suatu hari
akan runtuh, Hanya masalah waktu saja.
Penulis berhenti sejenak untuk menasihati semua orang yang
beriman kepada Tuhan yang Satu (Muslim, Kristen, Yahudi atau lainnya), dan sedang hidup dalam dekapan dunia Dajjal yang
terhubung secara elektronik, untuk mencari perlindungan dan penyembuhan melalui sebuah upaya secara terus menerus untuk membaca ayat-ayat (dalam teks bahasa Arab) dari
Al-Qur'an yang penuh dengan rahmat. Ini sangat penting bagi mereka yang terus
menggunakan (dengan bodohnya) apa yang disebut Smart Phones dan telepon seluler
lainnya. Penulis berhenti sejenak untuk mengingatkan orang-orang yang beriman
mengenai pernyataan Illahi bahwa sesungguhnya Al-Qur'an dapat “ menyembuhkan” :
وَننُزَِّلُ مِنَ القُْرآْنِ ماَ هوُ شِفَاء وَرَحْمةَ للِّْمؤُْمِنيِنَ وَلا يزَِيدُ الظَّالمِِينَ إلَاَ خَسَارًا
“ Dengan demikian, sedikit demi sedikit, Allah Yang Maha Tinggi telah melimpahkan dari Al Quran sesuatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang percaya satu Tuhan [beriman], sementara
disisi lain juga menambah kehancuran bagi orang yang dzalim “ . [QS Al Isra’, 17:82]
Nabi Daud dan Sulaiman
Alaihi Salam, sebuah Profil menakjubkan.
David - Nabī Daud Alaihi Salam - lebih dari sekadar seorang
Raja yang memerintah atas sebuah kerajaan. Setelah turunnya Al Qur’an kita
mengetahui bahwasanya baik dia, maupun putranya Solomon - Nabi Sulaiman Alaihi Salam - merupakan mahluk ciptaan ALLAH
yang unik, dimana disebutkan dalam Al Qur’an bahwasanya ALLAH yang Maha Besar
menjadikan gunung-gunung dan burung-burung bertasbih bersama Daud dalam memuji
Tuhannya. Sedangkan Nabi Sulaiman Alaihi Salam diajarkan bahasa burung-burung :
وسَََخرّنْاَ مَعَ دَاوُودَ الْجبِاَلَ يسَُبحِّْنَ وَالطَّيْر وكَنَُاّ فاَعِليِن...
… Dan Allah yang Maha Tinggi, menjadikan gunung-gunung untuk
bergabung dengan Daud dalam bertasbih memuji kemuliaan-Nya yang tak terbatas,
dan juga burung-burung. Karena Allah sanggup melakukan segala hal. [QS Al
Anbiya, 21:79]
وَوَرِثَ سُليَمَْانُ دَاوُودَ وَقاَلَ ياَ أَيُّهاَ النَاّ س علُمِّنْاَ مَنطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتيِناَ مِن كلُِّ شيَْءٍ إنَّ هذََا لهَوُ الفَْضْلُ المْبُيِن
Dan sehubungan dengan profil yang menakjubkan ini, Sulaiman telah mewarisi Daud, dan dia berkata: "Hai Manusia, kami telah diajari pemahaman mengenai pembicaraan burung dan kami telah dilimpahi dengan segala sesuatu yang baik. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata dari ALLAH !".
[QS An Naml, 27:16]
Kedua Nabi raja ini tidak hanya diberkati dengan kemampuan
sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Disamping
itu Nabi Sulaiman Alaihi Salam juga telah diberi kemampuan untuk mengendalikan cuaca :
وَلسُِليَمَْانَ الريِّح عاَصِفَة تَجرِْي بأَِمْرِهِ إلىَ الْأَرْضِ الَتِّي باَركَْناَ فيِهاَ وكَنَُاّ بكُِلِّ شيَْءٍ عاَلمِِين
" Dan Allah membuat angin badai tunduk kepada Sulaiman, sehingga berhembus
atas perintahnya menuju tanah yang telah diberkati Allah, yaitu, Tanah Suci.
karena Allah-lah yang memiliki pengetahuan tentang segala sesuatu ". [QS Al
Anbiya, 21:81]
Ketika para semut berbicara, Nabi Sulaiman Alaihi Salam bisa
memahami apa yang mereka bicarakan :
حَتَىّ إذَا أَتوَْا علَىَ وَادِي النَمّلِْ قاَلتَْ نمَلْةَ ياَ أَيُّهاَ النَمّلُْ ادْخلُوُا مَسَاكِنكَمُْ لَا يَحطِْمَنَكّمُْ سُليَمَْانُ وَجُنوُدُه وَهمُْ لَا يشَْعرُوُن
" Nabi Sulaiman Alaihi Salam dan pasukannya melakukan
perjalanan sampai mereka tiba di lembah penuh semut. Berkatalah seekor semut: " Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak
oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari" " [QS An
Naml, 27:18]
Al-Qur'an mengungkapkan bahwa bahkan jin-jin “Diikat secara
ilahi“, - sebagai siksaan dan Adzab yang pedih atas penyimpangan mereka terhadap perintah ALLAH – untuk bekerja bagi Solomon atau Nabi Sulaiman Alaihi Salam, dalam pembuatan berbagai barang dari tembaga
yang kemudian digunakan di Kuil Israel Suci - Masjid - yang telah dibangunnya. Mereka
memperoleh logam itu dari Aliran tembaga yang telah diberikan Allah yang Maha Tinggi
kepadanya. Oleh karena itu umat Yahudi akan mengharapkan Al Masih memiliki Kapasitas
yang sama.
وَأَسَلنْاَ لهَ عيَنَْ القْطِْرِ وَمِنَ الْجنِِّ مَن يعَْمَلُ بيَنَْ يدََيهِْ بإِِذْنِ رَبهِِّ وَمَن يزَِغْ مِنْهمُْ عَ ن أَمْرِناَ نذُِقهْ مِنْ عذََابِ السَّعيِ رِ
ALLAH mengalirkan cairan tembaga dibawah perintah Nabi
Sulaiman Alaihi Salam Dan sebahagian dari jin ada yang bekerja di
bawah kekuasaannya dengan izin ALLAH. Dan siapa yang menyimpang di antara
mereka dari perintah ALLAH
ALLAH rasakan kepadanya azab api yang menyala-nyala. [QS Saba’, 34:12]
يعَْمَلوُنَ لهَ مَا يشََاء مِن مَّحاَرِيبَ و تمَاَثيِلَ وَجِفَانٍ كَالْجوَاَبِ وَقدُُورٍ رَّاسِياَتٍ اعْملَوُا آلَ دَاوُودَ شُكْراً وَقلَيِلٌ مِّنْ عِباَدِيَ الشَّكُور
" Para jin itu membuat untuk
Sulaiman apapun yang dikehendakinya dari tempat-tempat suci, patung-patung, piring-piring yang (besarnya)
seperti kolam dan periuk yang tetap berada di atas tungku. ALLAH berfirman: “ Bekerjalah
hai keluarga Daud untuk bersyukur kepada Allah. dan ingatlah bahwa hanya
sedikit yang benar-benar bersyukur — bahkan di antara para hamba-Ku!" “.[QS Saba’, 34:13]
اصْبرِْ علَىَ مَا يقَُولوُنَ وَاذْكرُ عَبدَْناَ دَاوُودَ ذَا الْأَيدِْ إنَهّ أَوَّابٌ
" Allah yang Maha Tinggi
menasehati Nabi Muhammad untuk bersabar dengan segala perkataan yang diucapkan
mereka yang menantangnya. dan untuk mengingat hamba-Nya Daud yang dianugerahi
begitu banyak kekuatan batin! Daud, sesungguhnya, akan selalu berbalik kepada
Allah. “. [QS Sad, 38:17]
Terdapat sebuah peristiwa dalam kehidupan Nabi Sulaiman
Alaihi Salam yang telah diwahyukan dalam Al-Qur'an, memungkinkan kita untuk
mengantisipasi jenis bantuan yang dapat diberikan Jin untuk Dajjal di Akhir
al-Zaman. Peristiwa ini menyangkut Singgasana yang mengagumkan dari Ratu Saba', atau Sheba. Nabi Sulaiman Alaihi Salam menginginkan singgasana itu untuk
dibawa ke istananya sebelum kedatangan sang Ratu di istananya. Seorang Jin
menawarkan diri untuk membawanya dalam sekejap mata. Inilah yang telah
dikatakan Al-Qur'an tentang bantuan yang diberikan oleh Jin dalam hal ini :
قَالَ ياَ أَيُّهاَ المَلأَُ أَيُكّمُْ يأَْتيِنِي بعِرَشْهِاَ قبَلَْ أَن يأَْتوُنيِ مسُْلمِيِن◌ قاَلَ عِفْريتٌ مِّنَ الْجنِِّ أَناَ آتيِكَ بهِِ قبَلَْ أَن تقَُومَ مِن مَّقَامِكَ وَِإنيِّ علَيَهِْ لقََوِيٌّ أَمِينٌ ۖ قاَلَ الَذِّي عِندَه عِلْمٌ مِّنَ الكْتِاَبِ ◌ أَناَ آتيِكَ بهِِ قبَلَْ أَن يرَْتدََّ إليَكَْ طَرفْكَُ فلَمََاّ رَآه مسُْتقَرًِاّ عِندَه قاَلَ هذََا مِن فضَْلِ رَبيِّ ليِبَلْوُنَيِ أَأَشْكرُ أَمْ أَكْفُر وَمَن شَكرَ فإَِنَمّاَ يشَْكرُ لنِفَْسِهِ وَم ن كَفَر فإَِنَّ رَبيِّ غَنِيّ كرَِي م ◌ قاَلَ نكَِّروُا لهَاَ عَرْشهَاَ ننَظُر أَتَهْتدَِي أَمْ تكَُونُ مِنَ الَذِّينَ لاَ يَهتْدَُون
" Ketika Nabi Sulaiman Alaihi Salam mengetahui bahwa Ratu
Sheba akan datang mengunjunginya, dia berkata kepada dewannya: “Wahai, para
bangsawan! siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya
kepadaku sebelum para pengikutnya datang kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri kepada ALLAH ?” Berkata 'Ifrit dari golongan jin: “"Aku akan
datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kehadapanmu sebelum kamu berdiri
dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi
dapat dipercaya". Kemudian salah satu Jin yang memiliki pengetahuan
tentang Kitab berkata : “ Aku akan membawanya kepadamu dalam sekejap mata! Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, diapun berkata:
"Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau
mengingkari nikmat-NYA. Dan barangsiapa
yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri
dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia". Nabi Sulaiman Alaihi Salam kemudian meminta agar takhta itu diubah
atau disamarkan sedemikian rupa agar dia tidak tahu singgasana itu sebagai
miliknya, mari kita lihat apakah dia membiarkan dirinya dibimbing [kepada
kebenaran] atau tetap menjadi salah satu dari mereka yang tidak mendapatkan bimbingan ".
[QS, An -Naml, 27: 38–41]
Bantuan yang diberikan oleh Jin kepada Nabi Sulaiman Alaihi Salam - yang mana menurut Al Qur’an memiliki “Pengetahuan tentang kitab” - merupakan
bentuk antisipasi dari televisi modern serta wujud holografik dari objek tiga
dimensi di udara tanpa menggunakan layar jenis apa pun, dan hal-hal ajaib lainnya
yang sudah bermunculan .
Sementara Al-Qur'an sendiri tidak mengidentifikasi “Kitab” yang
memberikan pengetahuan itu. Sebuah “Kitab” yang pada gilirannya memungkinkan seorang Jin
untuk merelokasi sebuah objek secara instan, ke lokasi baru yang berjarak ribuan
mil jauhnya. Hal ini memastikan bahwasanya “Kitab” semacam itu ada, akan tetapi kita
harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa kata “Kitab” yang digunakan disini mewakili Cabang Ilmu Pengetahuan. Jika demikian adanya, maka ada kemungkinan
bahwa Dajjal memiliki akses ke Cabang Ilmu Pengetahuan tersebut. Sehingga dapatlah
kita katakan bahwasanya Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi modern yang terjadi selama
ini telah dibantu oleh para Jin. Dan bahwa ada keajaiban ilmiah dan teknologi
sekarang sedang menunggu untuk terjadi dalam sejarah, serta akan berusaha untuk mereplikasi berbagai
peristiwa masa lalu sebagaimana yang telah diuraikan di atas.
Berdasarkan pengkajian itulah kami menyimpulkan bahwasanya Al
Masih yang sedang ditunggu Umat Yahudi, harus memiliki profil yang sebanding
dengan profil Nabi Daud dan Sulaiman Alaihi Salam, sebagaimana telah diuraikan
diatas. Telah terdapat banyak bukti yang secara meyakinkan menunjukkan bahwa
Dajjal telah membuat kemajuan substansial dalam membangun bagi dirinya, membangun profil
yang persis seperti profil kedua Nabi raja itu.
هُو الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِر وَالبْاَطِنُ ◌ وَهوُ بكُِلِّ شيَْءٍ علَيِ مٌ
DIA – ALLAH yang Maha Tinggi - Yang Awal dan DIA Yang Akhir.
DIA Yang Zhahir dan Yang Bathin, dan DIA memiliki pengetahuan penuh tentang
segala sesuatu; dari awal hingga akhir, serta yang tampak maupun yang Ghaib.
[QS Al Hadid 57:3]
ditunggu update selanjutnya boss
BalasHapusApa buku terjemahan bhs indonesianya udah terbit?
BalasHapus